Kebenaran itu tak terkait masalah
perselisihan fiqih saja, bidang yang banyak orang menampakkan jiwa kritisnya
dan sanggup berhari-hari untuk mencari jalan keluar masalahnya. Kebenaran itu
mencakup segala perkara, terkait masalah peribadahan kepada Allah ataupun
interaksi sesama manusia, terkait masalah pujian ataupun celaan. Memang setiap
kelompok akan menyatakan bahwasanya kebenaran ada pada pihaknya, dan setiap
penuduh akan membenarkan dakwaannya, namun apakah itu menjadi patokan sebuah
kebenaran??? Kalaulah diberikan peluang kepada
satu orang saja untuk bebas dalam memberikan tuduhan, bebas mengeluarkan keputusan
tanpa menyertakan bukti, tentulah akan terbuka pintu kezholiman dan terjadi
berbagai perpecahan. Dalam riwayat dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘Anhu -beliau
menyandarkan perkataan kepada Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam :
لَيْسَ
أَحَدٌ إِلَّا يُؤْخَذُ مِنْ
قَوْلِهِ وَيَدَعُ غَيْرَ النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم
“Tak ada seorangpun melainkan bisa diambil
pendapatnya dan ditinggalkan, kecuali Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam”. (HR
Ath-Thobrony, dihasankan Syaikhuna Abu ‘Amr Al-Hajury di Al-Jami’ush Shohih fi
Tauhidi Robbil ‘Alamin)
Karena itulah Imam Malik
Rahimahullah mengatakan: “Setiap orang bisa diambil dan ditolak (perkataannya)
kecuali pemilik kuburan ini (yakni Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam)”.Wahai orang-orang yang mengaku berjalan
di belakang para Ahlul Hadits!!
Bukanlah orang yang bersabar
dalam menuntut pembuktian, seenaknya bisa dicap orang yang kaku, keras dan
ingin memecah belah!
Bukanlah orang yang enggan
berpaku dengan timbangan mayoritas, sesukanya divonis sebagai orang yang telah
lepas dari Al-Jamaah!
Bukanlah orang yang tak mau
menelan mentah-mentah pendapat Syaikh Fulany, serta-merta dikatakan sebagai
orang yang tak beradab dengan ulama!!
Kaidah dari mana ini??!!
Hendaknya kalian takut merumuskan sesuatu yang baru di atas agama ini dari
otak-otak dan perasaan kalian!!
Wahai orang-orang yang mengaku
berjalan di belakang para Ahlul Hadits!!
Sungguh kita sangat butuh kepada
ulama yang kokoh dan sabar dalam menampakkan kebenaran, tegar dalam menghadapi
ancaman pelaku kesesatan, baik dengan lisan, tulisan ataupun anggota badan.
Rosulullah Shollallahu Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يُوشِكُ
الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ
كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا
“Umat-umat
(kesesatan dan kekafiran) akan mendekat kepada kalian, mereka saling memanggil
(untuk memerangi kalian) sebagaimana orang-orang yang mau makan saling
memanggil kepada nampan besar mereka”.
Seseorang berkata: “Apakah karena
sedikitnya kita (umat Islam) ketika itu wahai Rosulullah?”.
Beliau menjawab:
بَلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ،
وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ
عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ
الْوَهْنَ
“Bahkan
kalian (umat Islam) ketika itu banyak, akan tetapi kalian adalah buih, seperti
buih yang ada di air bah. Allah akan mencabut rasa segan terhadap kalian dari
dada musuh-musuh kalian, dan Allah akan menanamkan wahn di hati-hati kalian”.