Kesan ini terkadang didapatkan
beberapa orang tua dari anaknya yang baru mengenal dakwah salafiyyah, sehingga
mereka pun membangun penilaian mereka terhadap dakwah yang penuh berkah ini,
diatas dasar kesalahan yang diperbuat oleh anak mereka. Memang jiwa muda gampang panas, terlebih jika itu disertai dengan
kedangkalan ilmu, dan semangat ingkar mungkar yang menggebu-gebu. Namun itu
bukanlah alasan yang membolehkan mereka untuk bersifat keras dan kasar apalagi
kepada kedua orang tuanya, yang salah tetaplah salah. Islam mengajarkan dan menekankan bahwasanya berbakti dan berlaku
baik kepada kedua orang tua merupakan perkara penting yang wajib ditunaikan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا
"Robb kalian telah
memerintahkan agar kalian jangan beribadah kecuali kepada-Nya, dan hendaklah
berbuat baik kepada kedua orang tua" (QS Al-Isro' Ayat 23)
Maka ketika Rasulullah
mengabarkan tentang dosa-dosa paling besar, beliau menyebutkan:
الإشراك بالله
وعقوق الوالدين ...
"Menyekutukan Allah, durhaka
kepada orang tua, …" (HR Bukhory dari Abu Bakroh Rodhiyallahu 'Anhu)
Makanya tidak ada alasan bagi si
anak untuk berbuat jelek kepada salah satu dari kedua orang tuanya, bahkan
walau anak itu berada di atas kebenaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan
tentang wasiat Luqman kepada anaknya:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا
فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
"Apabila mereka berdua
memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu
tentangnya, maka jangan kamu menaati mereka dan pergauilah mereka di dunia
dengan baik" (QS Luqman Ayat 15)
Yang jelas kesalahan tak bisa
diabaikan namun tidak bisa pula diarahkan kepada yang lain. Anak bersalah
dengan kekasarannya, tapi dakwah salafiyyah yang dipelajarinya tidak bisa
disalahkan karena memang tidak ada yang mengajarkannya untuk berbuat itu. Namun
anak tetaplah anak, mereka memiliki hak dari orang tuanya, tentunya nasehat
yang sesuai dengan syari’at. Terkadang sesuatu yang dianggap nasehat oleh
seseorang, pada hakikatnya bukanlah nasehat. Kebenaran nasehat mesti ditinjau
dari kecocokannya dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Kalau semua yang mengaku sebagai
pemberi nasehat bisa diterima, terus bagaimana dengan yang dikatakan Syaithon
ketika membujuk Adam dan Hawa ??
إِنِّي لَكُمَا
لَمِنَ النَّاصِحِين
"Sesungguhnya aku hanyalah
diantara penasehat bagi kalian" (QS Al-A'rof Ayat 21)
Karena itulah sebagai orang tua,
semestinya anda pun menimba ilmu syar’i, sehingga anda bisa mengetahui apa yang
sedang dipelajari anak anda. Apakah dia betul-betul salah, atau memang anda
yang tidak mengetahui. Jangan sampai ketika anda menyuruhnya untuk meneruskan
pendidikan di sekolah campur lelaki dan perempuan, kemudian si anak tidak mau,
terus anda mencap dia tidak patuh, semakin dikerasi dia pun semakin ngotot
sehingga anda merasa tidak dihormati, merasa dikasari. Tanya dulu si anak tentang alasannya ketika
menolak permintaan, karena memang tidak semua permintaan orang tua bisa
dituruti. Tidak ada ketaatan kepada orang tua jika mereka memerintahkan untuk
berbuat maksiat dan itu justru merupakan bentuk berbaktinya seorang anak kepada
orang tuanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ
لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا
تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Telah Kami wasiatkan
manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Apabila mereka berdua
memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya,
maka jangan kamu menaati mereka. Kepada-Kulah kalian dikembalikan dan akan
Kukabarkan kepada kalian apa-apa yang telah kalian lakukan" (QS Al-Ankabut
8)