-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Tauhid Dulu Baru Itu …

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Pembahasan yang akan dilalui dalam tulisan ini merupakan perkara terpenting yang wajib diketahui seorang muslim, tanpanya kebahagiaan akhirat tidak akan tercapai. Kenapa perkara ini menjadi begitu besar ? Karena pembicaraan adalah seputar hak-hak Al-Akbar (Dzat Yang Maha Besar).
PENGERTIAN TAUHID

Secara bahasa, kalimat "Tauhid" bisa diartikan pengesaan. Adapun secara istilah yang dipakai dalam pembahasan ilmu-ilmu syar'i, terdapat beragam penggunaan. Terkadang kata ini -oleh sebagian orang- dipakai secara meluas, mencakup seluruh pembahasan-pembahasan tentang akidah baik yang berhubungan dengan Alloh dan sifat-sifat-Nya, ataupun yang berhubungan dengan kedudukan para nabi, akhirat dan perinciannya, serta perkara-perkara ghaib yang lain. Sebagaimana di sisi lain sebagian orang yang memakai kata tersebut dalam arti sempit yaitu pada perkara yang berhubungan dengan Dzat Alloh dan sifat-sifat-Nya.

Namun para ulama yang mempelajari dalil-dalil Al-Qur'an dan Sunnah secara mendalam dan terperinci mendapatkan bahwa pada hakikatnya pembicaraan masalah tauhid tidak terlepas dari tiga aspek, yaitu:
  1. Pengesaan Alloh dalam penciptaan, pengaturan-Nya dan penguasaan terhadap segenap makhluk-Nya, yang disebut dengan Tauhid Rububiyyah. Tauhid ini juga mengandung keimanan akan wujud Alloh, karena sesuatu yang tidak ada, tidak bisa disifati dengan sifat-sifat tersebut.
  2. Pengesaan Alloh dalam peribadatan, yang disebut dengan Tauhid Uluhiyyah
  3. Pengesaan Alloh dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yang disebut dengan Tauhid Asma' wa Shifat

Dengan makna inilah tauhid dikenal dikalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah-Salafiyyah, karena memang seluruh dalil-dalil tentang tauhid terhentinya pada tiga perkara ini –tidak ada yang keempat.
TAUHID RUBUBIYYAH

Perkara ini hampir tidak ada yang menyelisihi, karena fithrah manusia mengetahui bahwa Allohlah yang mencipta, memberikan rezki, mengatur alam dan menguasai semuanya.
Tidak diketahui adanya manusia –terdahulu- yang mengingkari perkara ini kecuali beberapa kelompok, diantaranya Ad-Dahriyyah yaitu orang-orang yang mengingkari adanya pencipta, mereka meyakini bahwa alam semesta ini terwujud dengan sendirinya, sebagaimana mungkin sekarang ditemukan pada sebagian orang yang berpemahaman komunis. Alloh menyebutkan perkataan mereka di dalam kitab-Nya:

مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْر

"Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali masa" (QS Al-Jatsiyah 24)

Kelompok lain adalah Majusy yang meyakini adanya dua pencipta. Cahaya sebagai pencipta kebaikan dan kegelapan sebagai pencipta kejelekan.Namun ketika ada di kalangan manusia yang menyelisihi perkara ini dengan mengadakan sekutu bagi Alloh dalam perkara ini seperti keyakinan adanya orang yang bisa mengatur alam (sebagaimana keyakinan Rofidhoh terhadap para imam mereka atau keyakinan shufiyyah terhadap para wali mereka), Alloh telah membantah mereka menutup semua celah yang muncul dari dugaan-dugaan mereka. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يَصِفُون

"Tidak ada sembahan lain yang bersamanya. Apabila sembahan-sembahan itu banyak maka masing-masingnya akan pergi dengan ciptaannya., dan sebagian sembahan tersebut akan menundukkan sebagian yang lain. Maha suci Alloh dari apa yang mereka sifatkan" (QS Al-Mukminun 91)

Next >>                                                      Halaman 1