-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Memasuki Bulan Yang Penuh Berkah Tanpa Masalah

بسم الله الرحمن الرحيم
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. أمَّا بَعْدُ
Romadhon, adalah bulan yang dinanti-nanti segenap muslimin, salah satu syi’ar yang telah Alloh Ta’ala wajibkan bagi hamba-Nya, Alloh mengatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian, sebagaimana diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa” (QS Al-Baqoroh 183)
Semestinya bagi seorang muslim, memiliki bekal dan mencari pengetahuan terhadap ibadah yang bakal dikerjakannya. Tidak ada yang basi dalam membahas ilmu agama ini, terkadang seseorang memahami begini, kemudian berganti dengan semakin matangnya pemahamannya. Bisa saja dia mendapat dalil baru yang semakin memperkuat apa yang selama ini diyakininya. Atau mungkin sebaliknya, dalil itu malah membuat pendapatnya berubah. Hal itu wajar, demikianlah kadar yang Alloh Ta’ala berikan kepada hamba-Nya, dan ilmu semakin didalami akan semakin kelihatan dalamnya.
Maka bersyukurlah orang-orang yang telah Alloh Subhanahu wa Ta’ala bukakan pintu hatinya untuk bersungguh-sungguh menjalankan agamanya di atas ilmu dengan pemahaman yang benar, Al-Qur’an dan Sunnah di atas pemahaman salaf. Sesungguhnya merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Diantara permasalahan ilmiyyah yang sering dibahas sebelum mendekati Romadhon adalah penentuan awal dan akhir puasa, apakah mesti sesuai dengan pemerintah suatu negara atau cukup mengikuti ru’yah (pengamatan munculnya bulan baru) dari negara lain yang lebih duluan melihatnya.
Sebagaimana namanya, maka sesuatu pembahasan yang ilmiyyah adalah perkara yang memang dilandasi ilmu, dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dengan menerapkan kaidah-kaidah fiqh yang dibangun di atas dalil-dalil dan pemahaman salafus sholeh. Maka semestinya bagi seorang muslim pada permasalahan seperti ini, berusaha membangun pemahamannya di atas dalil, berlapang dada jika mendapatkan perbedaan dengan saudaranya yang sama-sama berusaha berpendapat dengan dalil.
Pada kesempatan ini kita akan mengupas sedikit tentang masalah ini, berdiskusi dengan metode yang diusahakan lebih sederhana, semoga Alloh Ta’ala memberikan kita taufik untuk mencocoki kebenaran dan membantu kita untuk itu serta menjadikannya sebagai amalan yang bermanfaat bagi kita semua.

JUMLAH HARI DALAM PENANGGALAN Qomariyah TIDAK BAKU
Tidak seperti penanggalan syamsiyah (berdasar peredaran matahari) yang memiliki bulan-bulan dengan jumlah hari yang tetap (kecuali Februari), penanggalan qomariyyah tidak diketahui jumlah hari dalam tiap-tiap bulannya. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam hanya memberitakan kepada umatnya bahwa bilangan hari dalam satu bulan berkisar antara dua puluh sembilan atau tiga puluh, beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا – وَعَقَدَ الإِبْهَامَ فِى الثَّالِثَةِ – وَالشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي تَمَامَ ثَلاَثِينَ.

Sesungguhnya kita adalah umat yang ummy, kita tidak menulis dan kita tidak berhitung. Bulan itu begini, begini dan begini –beliau menekuk jempolnya pada kali yang ketiga-. Dan bulan itu begini, begini dan begini. Maksudnya sempurna tiga puluh. (HR. Muslim dari Ibnu Umar Rodhiyallohu ‘Anhu)
Sesuatu yang tidak baku tentunya tidak bisa ditetapkan dengan rumus tertentu, karena perumusan menghasilkan sesuatu yang baku.
CARA MENGETAHUI MASUKNYA DAN BERAKHIRNYA BULAN ROMADHON
Alloh Ta’ala mengatakan:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Bulan Romadhon adalah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta penjelasan antara hak dan bathil. Karena itu barangsiapa diantara kalian yang melihat bulan itu maka berpuasalah” (QS Al-Baqoroh 185)
Ayat tersebut diatas, dengan tegas menyatakan bahwa perintah puasa dikaitkan dengan syarat melihat hilal Romadhon. Demikian juga dengan berakhirnya puasa Romadhon, waktunya ditentukan dengan melihat hilal Syawal atau penggenapan Romadhon menjadi tiga puluh sebagaimana dijelaskan selanjutnya.

Next >>                                                         Halaman 1