-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ORANG TUA (BAGIAN 2)

KENAPA ANEH SENDIRI?

Mungkin inilah pertanyaan yang banyak terlintas di benak orang tua: “Kenapa putraku berbeda dengan teman sebayanya, kenapa berbeda dengan orang-orang kampungnya, kenapa dia tidak mau memotong jenggotnya, tidak mau memakai pakaian di bawah mata kaki, tidak mau nonton TV, tidak mau mendengarkan musik. Kenapa putriku berhijab, berpakaian menutupi seluruh tubuhnya, kenapa tidak mau bergaul dengan sepupu laki-lakinya, tidak mau bersalaman dengan mereka, kenapa malah mengatakan ini haram … itu haram ??”.

Bahkan kenapa mereka tidak mau menghadiri acara-acara keagamaan yang sudah berkembang di masyarakat, yang digencarkan kiyai-kiyai, “Kenapa tidak mau menghadiri peringatan Maulud Nabi, Isro’ Mi’roj, dzikir bersama, kenapa malah berkata, ini bid’ah … itu bidah ??”.
"Kenapa mereka tidak mau dia ajak berurusan dengan dengan dukun, entah untuk berobat, mencari barang hilang, kenapa malah berkata, ini syirik … itu syirik ??”.
Sungguh mengherankan …

Ketahuilah -Wahai para orang tua yang menginginkan kebaikan bagi anak-anaknya- keasingan bukanlah tolak ukur suatu kebenaran, karena kebenaran adalah sesuatu yang dikembalikan kepada pokok-pokok syari'at, apa yang Allah dan Rasulullah benarkan, maka itulah yang benar.
Dulu tanggapan yang sama telah terlontar dari kaum musyrikin:

وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ أَجَعَلَ الْآَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آَلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الْآَخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ

Mereka merasa heran ketika datang kepada mereka pemberi peringatan. Orang-orang kafir berkata: “Orang ini adalah penyihir yang pendusta. Apakah dia menginginkan sembahan (yang diibadahi) cuma satu saja ?? Sungguh ini adalah perkara yang mengherankan”. Maka pergilah para pemuka mereka mengatakan: “Berjalanlah kalian dan sabarlah dalam mengibadahi sembahan-sembahan kalian, sesungguhnya inilah yang Allah kehendaki. Kita tidak pernah mendengar perkataan seperti ini pada agama yang terakhir. Sungguh perkara ini hanyalah sesuatu yang diada-adakan" (QS Shod Ayat 4-7)

Mereka menghukumi benar tidaknya sesuatu, dengan tingkat kecocokan yang ada pada mereka. Kalau seperti mereka berarti benar, kalau berbeda berarti sesat.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita senantiasa berusaha untuk jujur dan obyektif dalam bersikap. Apakah kita merasa yakin bahwa komunitas yang ada sekarang berada di atas kebenaran ?? Apakah kita memiliki alasan untuk itu di depan Allah kelak ??
Allah bahkan telah menjelaskan bahwa mayoritas bukanlah acuan kebenaran, justru kebanyakan manusia telah hanyut mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُون

Apabila engkau kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu, yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka. Mereka hanyalah membuat kebohongan” (QS Al-An'am Ayat 116)

Next >>                                                                 Halaman 1