-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Hadits Dho'if Dan Hukum Beramal Denganya

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Diantara musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin sejak generasi permulaan adalah menyebarnya hadits-hadits dho’if (lemah) dan maudhu’ (palsu) di kalangan mereka. Saya tidak mengecualikan seorang pun dari mereka walaupun ulama, kecuali orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan imam-imam ilmu hadits dan kritikusnya, seperti Al-Bukhory, Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim Ar-Rozy dan selain mereka. Penyebaran hadits-hadits seperti ini berdampak pada munculnya kerusakan yang banyak, diantaranya ada yang berkaitan dengan keyakinan terhadap perkara ghoib, diantaranya ada yang berkaitan dengan perkara-perkata pensyari’atan… [Muqoddimah Silsilah Ahaditsid Dho’ifah wal Maudhu’ah karya Imam Al-Albany Rahimahullah]

Kaum muslimin meyakini bahwa As-Sunnah merupakan pokok utama dalam syari’at ini, barangsiapa yang mengingkari As-Sunnah, maka pada hakekatnya dia telah mengingkari Al-Qur’an . Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ  قُلْ أَطِيعُوا اللَهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِين

“Katakanlah wahai Muhammad: “Apabila kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah adalah Ghofur (maha pengampun) dan Rohiim (maha pemberi rahmat). Katakanlah wahai Muhammad: “Taatlah kalian kepada Allah dan Rosul-Nya. Jika kalian berpaling, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang kafir.” (Ali ‘Imron: 31-32)

Sunnah tersebut kita ketahui dari hadits-hadits yang telah dikumpulkan dalam berbagai kitab. Namun tidak semua hadits yang dinukilkan bisa diyakini kebenarannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena terdapatnya susupan-susupan yang muncul pada kitab-kitab hadits yang diakibatkan kekeliruan periwayatnya atau pada hakikatnya hadits tersebut memang tidak ada rantai periwayatannya sama sekali, namun dimasukkan oleh orang-orang yang ingin menyebarkan pemahaman-pemahamannya atau tujuan-tujuan lainnya.
ANCAMAN DAN PERINGATAN RASULULLAH TENTANG PARA PENYUSUP TERHADAP HADITS NABAWI


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار

“Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka ambillah tempat duduknya dari neraka.” (HR. Muslim dari Abu Hurairoh dan Rodhiyallahu ‘Anhu)

Bersamaan dengan kerasnya ancaman tersebut, beliau sendiri telah mengkabarkan bahwa tetap akan ada yang bakal melanggarnya. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي أُنَاسٌ يُحَدِّثُونَكُمْ مَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ، وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Akan terdapat di akhir umatku ini, orang-orang yang menyampaikan hadits yang tidak pernah didengar oleh kalian dan juga bapak-bapak kalian. Maka menjauhlah kalian dari mereka dan jauhkanlah mereka dari kalian.” (HR. Muslim dari Abu Hurairoh Rodhiyallahu ‘Anhu)

Next  >>                                                  Halaman 1