-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Salman Al-Faarisiy Rodhiyallahu ‘Anhu Teladan Pencari Kebenaran (Disertai Beberapa Faidah Hadits)

إن الحمد لله نستعينه ونستغفره وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما كثيرا أما بعد:
Menuntut ilmu syar'iy adalah suatu keharusan bagi seorang muslim dalam memahami agamanya dan juga dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena tidaklah seorang mampu untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya melainkan dengan Ilmu. Keutamaan ilmu tidaklah bisa mengimbanginya  keutamaan suatu apapun dari kehidupan dunia ini. Sehingga berkata Al-Imam Asy-Syafi'i: "Menuntut Ilmu lebih utama dari pada Sholat Naafilah (sunat)".

Kemuliaan seorang yang berilmu dan orang-orang yang beramal dengan ilmunya adalah kemuliaan yang akan diperolehnya di dunia dan akhirat. Dan menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu adalah suatu kebiasaan para salaf terdahulu dan sekarang. Berapa banyak para Salafus Sholih yang bersusah payah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan menghabis umurnya dengan tujuan hanya untuk menuntut ilmu. Rasanya hal ini cukuplah  untuk menunjukkan keutamaan ilmu tersebut. Berikut akan kami sebutkan Kisah Salman Al-Faarisiy Rodhiyallahu anhu akan pengorbanannya yang sangat besar dalam memperoleh suatu kebenaran yang hakiki. Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad Rohimahuloh di dalam musnadnya  dari 'Abdullah bin 'Abbas Rodhiyallahu anhu dari Salman Al-Faarisiy Rodhiyallahu anhu, beliau berkata:

"Aku adalah seorang laki-laki dari Persia dari penduduk Ashbahan yang berasal dari suatu kampung yang disebut dengan Jayy, dan ayahku adalah sebagai seorang kepala kampung tersebut. Aku adalah orang yang paling dia cintai, senantiasa kecintaannya terhadapku ada padanya sampai-sampai dia mengurungku di dalam rumahnya untuk senantiasa menyembah api, sebagaimana seorang anak perempuan yang dikurung. Aku benar-benar telah membebankan diriku di dalam agama Majusi, sampai-sampai aku menjadi pelayan bagi api yang menyalakannya serta tidak membiarkannya padam sekejap pun. (SALMAN MELIHAT NASHRANY)
Ayahku memiliki kebun yang besar, suatu hari dia disibukkan dengan mengurus bangunan, maka dia berkata kepadaku: "Wahai anakku, sesungguhnya hari ini aku disibukkan dengan suatu bangunan dari mengurusi kebunku, maka pergilah engkau kesana dan perhatikanlah ia". Ayahku memerintahkanku untuk melakukan beberapa hal yang dia inginkan, maka aku pun keluar menuju ke kebunnya. Kemudian aku pun melewati satu gereja dari gereja-gerejanya orang Nashraniy, aku mendengar suara-suara mereka di dalamnya sementara mereka dalam keadaan sedang mengerjakan shalat. Aku tidak tahu kondisi orang-orang karena dikurungnya aku di rumah ayahku. Maka ketika aku melewati mereka dan aku mendengar suara mereka, akupun masuk ke dalamnya sehingga aku melihat apa yang mereka perbuat. Ketika aku melihat mereka maka aku pun terkagum dengan sholat mereka dan muncul hasratku untuk mengikuti mereka, dan aku berkata: "Demi Allah!, ini lebih baik dari pada agama yang kami sedang berada di atasnya".

Next >>                                               Halaman 1