-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ORANG TUA (BAGIAN 2)

Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah dalam Miftah Daaris Sa'adah (1/ 147) mengatakan: "Jangan sampai engkau tertipu dengan apa-apa yang menipu orang-orang bodoh. Karena mereka mengatakan: "Kalau memang mereka di atas kebenaran tentulah mereka tidak menjadi kelompok manusia yang paling sedikit jumlahnya, sementara orang-orang justru menyelisihi mereka !!". Ketahuilah merekalah yang betul-betul manusia, adapun yang menyelisihi mereka hanyalah mirip manusia, mereka bukan manusia. Manusia itu hanyalah pengikut kebenaran walaupun sedikit jumlahnya. Ibnu Mas'ud mengatakan: "Janganlah seseorang diantara kalian menjadi bunglon, mengatakan: "Saya bersama orang-orang". Hendaklah seseorang diantara kalian memutuskan untuk beriman, walau orang-orang mengingkarinya …".

Bacalah Al-Qur’an dan hayati, bacalah Shohih Al-Bukhory, Shohih Muslim dan biografi para sahabat, maka anda akan bisa mengetahui bagaimana cara mereka berpikir, bersikap dan seperti apa penampilan mereka. Sekarang, lihatlah kondisi orang-orang yang mengikuti arus masyarakat, yang mengikuti kebanyakan orang, bandingkan dengan kondisi para sahabat, apa yang anda lihat ??
Padahal komunitas shohabat adalah komunitas yang diridhoi Allah, dipuji Rasul-Nya, komunitas yang ada ketika turun wahyu, komunitas yang dibina oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridhoi mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Dan Dia telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang agung” (QS At-Taubah Ayat 100)

Jelaslah siapa sebenarnya yang pantas diikuti karena Allah meridhoi orang-orang yang yang mengikuti mereka dengan baik. Terus apakah ada sesuatu yang lebih bernilai, yang memalingkan seseorang untuk menggapai ridho-Nya ??
Kalau dikatakan: “Zaman mereka berbeda dengan zaman kita sekarang”
Memang berbeda, dulu mereka naik unta sekarang kita naik mobil, dulu mereka mengutus orang untuk menyampaikan pesan sekarang ada sarana teknologo. Tapi wajib dicamkan bahwa syari’at itu tetap. Islam yang dulu adalah Islam yang sekarang, karena Allah telah menyempurnakan agama-Nya.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ

 “Pada hari ini telah Aku sempunakan bagi kalian agama kalian” (Al-Ma'idah Ayat 3)
Kalau sudah sempurna berarti tidak perlu ditambah lagi, tidak adalah istilahnya agama mesti mengikuti perkembangan, tapi perkembangan itulah yang mesti ditimbang dengan syari’at. Bukanlah agama yang mengikuti adat masyarakat, tapi adatlah yang mesti disesuaikan dengan agama.

Dahulu Ma’qil bin Yasar Rodhiyallahu 'Anhu makan siang, maka makanan yang ada ditangannya jatuh. Kemudian dia mengambilnya dan menyingkirkan yang kotor padanya, kemudian memakannya. Maka penduduk kampung (dari kalangan A’jam -bukan Arab-) saling mengisyaratkan dengan mata mereka. Orang-orang pun menyampaikan perkara tersebut kepadanya: “Apa pendapatmu tentang perkataan orang-orang A’jam itu?, mereka mengatakan: “Lihatkah pada makanan yang ada di tangannya, dan apa yang dilakukan dengan suapannya itu?”. Maka Ma’qil menjawab: “Saya tidak akan meninggalkan apa yang saya dengar dari Rasulullah gara-gara perkataan para A’jam itu. Sesungguhnya dahulu kami diperintahkan, jika terjatuh suapan salah seorang dari kami, maka dia singkirkan yang kotor padanya, kemudian dia memakannya”. (HR Ad-Darimy, dishohihkan Imam Muqbil di Jami’us Shohih)

Next >>                                                                    Halaman 2