-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ORANG TUA (BAGIAN 4)


Ada yang mengatakan bahwa banyak orang yang belajar agama susah hidupnya …
Saudaraku seislam. Apakah orang yang menghabiskan waktunya membanting tulang siang dan malam untuk menggapai dunia mereka hidup dalam kelapangan?? Bahkan kebanyakan diantara mereka sudah hidupnya dan gelisah pikirannya …
Saudaraku seislam. Kemiskinan bukanlah suatu kehinaan sebagaimana kekayaan bukanlah sesuatu yang terpuji. Kehinaan adalah kelalaian hamba dari akhiratnya, ketundukannya kepada dunianya. Keterpujian adalah keseriusan seorang hamba akan perkara akhiratnya, entah itu Allah sertakan dengan kemiskinan atau dengan kekayaan. Persaingan dalam perkara akhirat adalah sebab kebahagiaan sementara persaingan dalam perkara dunia adalah sebab kebinasaan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Bersegeralah kepada ampunan dari Robb kalian, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang berinfak di saat lapang meupun sempit, menahan kemarahan serta memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Demikian juga orang-orang yang apabila mereka melakukan perbuatan keji atau menzholimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, siapa lagi yang mengampuni dosa kecuali Allah. Mereka tidak mau meneruskan perbuatan dosanya ketika mereka mengetahui" (QS Ali 'Imron Ayat 133-135)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيم

"Berlombalah kepada ampunan dari Robb kalian, dan surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang beiman kepada Allah dan Rosul-Nya. Itulah keutamaan Allah yang Dia berikan bagi orang-orang yang Dia kehendaki. Allah adalah pemilik kemuliaan yang agung" (QS A-Hadid ayat 21) 

Suatu hari Abu 'Ubaidah Rodhiyallahu 'Anhu kembali dari Bahrain membahwa harta jizyah (upeti yang mesti diserahkan penduduk kafir ke pemerintah muslim) yang melimpah untuk diserahkan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dia akhir kisah, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

لا الفقر أخشى عليكم ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم

"Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan pada kalian. Namun yang aku khawatirkan adalah dibentangkannya dunia bagi kalian sebagaimana dibentangkan bagi orang-orang sebelum kalian, maka kalian bersaing untuk dunia sebagaimana mereka bersaing. Sehingga dunia membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka" (HR Bukhori Muslim dari 'Amr bin 'Auf Rodhiyallahu 'Anhu)

Rasulullah hamba yang paling mulia di sisi-Nya ditakdirkan hidup dalam kekurangan. Demikian juga dengan mayoritas para shohabatnya yang mulia. Walaupun diantara mereka ada yang dikaruniakan kelapangan yang jelas tidak ada diantara mereka yang disibukkan dari peribadatan mereka kepada Allah bahkan mereka saling berlomba untuk mencapai keridhoan Allah dan memanfaatkan kelapangan yang dikaruniakan sebagai sarana untuk menunjang akhirat mereka.



Abu Hurairoh Rodhiyallahu 'Anhu mengisahkan, bahwa orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin datang mengadu kepada Rasulullah. Mereka mengatakan: "Orang-orang yang kaya telah membawa (memborong) posisi-posisi yang tinggi dan kenikmatan yang abadi". Rasulullah bertanya: "Bagaimana bisa begitu?". Mereka menjawab: "Mereka mengerjakan sholat  sebagaimana kami mengerjakan sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami juga berpuasa, mereka memiliki kelebihan harta yang dengannya mereka bisa menunaikan haji, umroh, dinafkahkan untuk jihad dan sedekah" (HR Bukhory-Muslim)

Lihatlah bagaimana cara berpikir orang-orang yang paling mulia dari umat ini. Mereka tidak mengeluhkan kemiskinan yang menimpa mereka akan tetapi mereka mengeluhkan keterbatasan amalan mereka dibanding saudara-saudara mereka yang berkecukupan. Lihat juga bagaimana orang-orang yang berkecukupan di kalangan mereka, mereka berlomba-lomba untuk mencurahkannya dalam peribadatannya kepada Allah, dunia tidak melalaikan mereka dari akhirat.

Bersambung : Postingan Berikutnya
<< Prev                                                                    Halaman 3