Ada yang mengatakan bahwa banyak
orang yang belajar agama susah hidupnya …
Saudaraku seislam. Apakah orang
yang menghabiskan waktunya membanting tulang siang dan malam untuk menggapai
dunia mereka hidup dalam kelapangan?? Bahkan kebanyakan diantara mereka sudah
hidupnya dan gelisah pikirannya …
Saudaraku seislam. Kemiskinan
bukanlah suatu kehinaan sebagaimana kekayaan bukanlah sesuatu yang terpuji.
Kehinaan adalah kelalaian hamba dari akhiratnya, ketundukannya kepada dunianya.
Keterpujian adalah keseriusan seorang hamba akan perkara akhiratnya, entah itu
Allah sertakan dengan kemiskinan atau dengan kekayaan. Persaingan dalam perkara
akhirat adalah sebab kebahagiaan sementara persaingan dalam perkara dunia
adalah sebab kebinasaan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا
وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Bersegeralah kepada ampunan
dari Robb kalian, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah
dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang berinfak di
saat lapang meupun sempit, menahan kemarahan serta memaafkan kesalahan orang
lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Demikian juga
orang-orang yang apabila mereka melakukan perbuatan keji atau menzholimi diri
sendiri, mereka segera mengingat Allah, siapa lagi yang mengampuni dosa kecuali
Allah. Mereka tidak mau meneruskan perbuatan dosanya ketika mereka
mengetahui" (QS Ali 'Imron Ayat 133-135)
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
سَابِقُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيم
"Berlombalah kepada ampunan
dari Robb kalian, dan surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi yang
telah dipersiapkan bagi orang-orang yang beiman kepada Allah dan Rosul-Nya.
Itulah keutamaan Allah yang Dia berikan bagi orang-orang yang Dia kehendaki.
Allah adalah pemilik kemuliaan yang agung" (QS A-Hadid ayat 21)
Suatu hari Abu 'Ubaidah
Rodhiyallahu 'Anhu kembali dari Bahrain membahwa harta jizyah (upeti yang mesti
diserahkan penduduk kafir ke pemerintah muslim) yang melimpah untuk diserahkan
kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dia akhir kisah, beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
لا الفقر
أخشى عليكم ولكن أخشى
عليكم أن تبسط عليكم
الدنيا كما بسطت على
من كان قبلكم فتنافسوها
كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم
"Bukanlah kemiskinan yang
aku khawatirkan pada kalian. Namun yang aku khawatirkan adalah dibentangkannya
dunia bagi kalian sebagaimana dibentangkan bagi orang-orang sebelum kalian,
maka kalian bersaing untuk dunia sebagaimana mereka bersaing. Sehingga dunia
membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka" (HR Bukhori Muslim
dari 'Amr bin 'Auf Rodhiyallahu 'Anhu)
Rasulullah hamba yang paling
mulia di sisi-Nya ditakdirkan hidup dalam kekurangan. Demikian juga dengan
mayoritas para shohabatnya yang mulia. Walaupun diantara mereka ada yang
dikaruniakan kelapangan yang jelas tidak ada diantara mereka yang disibukkan dari
peribadatan mereka kepada Allah bahkan mereka saling berlomba untuk mencapai
keridhoan Allah dan memanfaatkan kelapangan yang dikaruniakan sebagai sarana
untuk menunjang akhirat mereka.
Abu Hurairoh Rodhiyallahu 'Anhu
mengisahkan, bahwa orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin datang mengadu
kepada Rasulullah. Mereka mengatakan: "Orang-orang yang kaya telah membawa
(memborong) posisi-posisi yang tinggi dan kenikmatan yang abadi".
Rasulullah bertanya: "Bagaimana bisa begitu?". Mereka menjawab:
"Mereka mengerjakan sholat
sebagaimana kami mengerjakan sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami
juga berpuasa, mereka memiliki kelebihan harta yang dengannya mereka bisa
menunaikan haji, umroh, dinafkahkan untuk jihad dan sedekah" (HR
Bukhory-Muslim)
Lihatlah bagaimana cara berpikir
orang-orang yang paling mulia dari umat ini. Mereka tidak mengeluhkan
kemiskinan yang menimpa mereka akan tetapi mereka mengeluhkan keterbatasan
amalan mereka dibanding saudara-saudara mereka yang berkecukupan. Lihat juga
bagaimana orang-orang yang berkecukupan di kalangan mereka, mereka
berlomba-lomba untuk mencurahkannya dalam peribadatannya kepada Allah, dunia
tidak melalaikan mereka dari akhirat.
Bersambung : Postingan Berikutnya