-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

TAUBAT DA’I BID’AH & HIZBIYYAH



Akulah At Tawwab dan Ar Rohim (Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Pemberi rahmat)"

(Al Baqoroh 159-160)


Dosa mubtadi' diatas dosa orang yang menyembunyikan (al haq). Karena yang itu (dosanya) menyembunyikan (al haq) saja, sementara yang ini menyembunyikan (al haq) sekaligus menyeru kepada (perkara) yang bertentangan dengan (al haq). Maka setiap mubtadi' adalah penyembunyi (al haq), dan tidak sebaliknya. [Madarijus Salikin 1/ 290]

Inilah yang mendasari sikap Syaikh bin Baaz  Rahimahullah, ketika 'Abdur Rohman bin 'Abdul kholiq melakukan kesalahan dan meminta nasehat kepada beliau, maka Syaikh Bin Baaz menuntutnya untuk mengumumkan rujuk dan tobatnya di buletin-buletin lokal di Kuwait dan Arab Saudi. Bahkan setelah itu beliau menuntutnya untuk menulis tulisan khusus yang berisi rujuknya dia dari kesalahan-kesalahan yang dia telah terjerumus di dalamnya [Lihat Majmu' Fatawa wa Maqolat 8/ 242-243]


Seandainya seorang da’i bi’dah langsung disambut, dirangkul di barisan da’i sunnah, maka ahlussunnah yang menghadiri majelisnya tidak akan aman dari susupan penyakit-penyakit lamanya, walaupun kitab--kitab yang diajarkannya adalah kitab ulama sunnah.

Hal ini sebagaimana ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdy di Kitabut Tauhid, setelah beliau membawakan hadits Abu Waqid Al-Laitsy tentang kisah Dzatu Anwath, beliau Rahimahullah berkata: "Sesungguhnya seseorang yang berpindah dari kebatilan yang hatinya telah terbiasa dengannya, tidak akan aman ada pada hatinya sisa-sisa dari kebiasaannya itu".


Ini hanyalah beberapa lembaran untuk mengingatkan setiap sunny salafy agar berhati-hati menjaga agamanya, karena memang perkara seperti inilah yang menjadi salah satu celah menyusupnya pemikiran dan metode yang menyimpang ke barisan ahlissunnah sehingga muncul bibit pertikaian di antara mereka.


الحمد لله رب العالمين

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلاّ أنت أستغفرك وأتوب إليك



Asal tulisan ini adalah salah satu bab dari artikel “Mengekang Lidah Tak Bertulang” yang ditulis di Dammaj 18 Jumadil Ula 1430, kemudian dilengkapi pada 16 Rajab 1440 di Kampung Halaman Solok Sumbar Harosahallah



Akhukum fillah Abu Ja’far Al-Harits Al-Minangkabawy


<< Prev                                                       Halaman 3