-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Sadarkah Anda Bahwa: Sesungguhnya Taqlid Bisa Mengikis Tauhid?

Maka wajib bagi setiap muslim untuk benar-benar berhati-hati -dalam mentauhidkan Alloh dengan rububiyyahnya dan mentauhidkan rosul dengan mengikutinya- dari ketergelinciran syeithon, dan jangannya sampai tertipu dengan orang-orang yang menampak-nampakkan kepintarannya dari kalangan para da’i yang menyeru kepada taqlid buta dan pengekoran terhadap salah seorang makhluk, dengan berpegang teguh pada pendapatnya pada setiap kasus perselisihan dan selainnya dengan selubung adab dan pengagungan terhadap ulama. Seolah-olah dia tak salah dan kebenaran tak pernah luput darinya tanpa menjaga adab terhadap Al-Kholiq (Yang Maha Pencipta) Subhanah, dan tanpa pengagungan terhadap Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dengan berpegang teguh kepada kebenaran yang disyari’atkan dan diperintahkan Alloh dan rosul-Nya. Mereka telah berbuat keji terhadap Al-Kholiq (Yang Maha Pencipta) dan Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.

Seandainya pengikut kesesatan ini tidak memaksudkan kesyirikan yang berbahaya pada asalnya, namun ini adalah konsekwensi penyelisihannya terhadap haq dan pengembalian perkara kepada salah seorang manusia.

Syaikhul Islam di “Ash-Shorimul Maslul (1/59) mengatakan: “Abu Tholib Al-Misykany mengatakan: “Dikatakan kepadanya –yaitu kepada Imam Ahmad-, “Sesungguhnya suatu kaum meninggalkan hadits dan mengajak kepada pendapat Sufyan”. Maka dia menjawab; “Sungguh aneh kaum tersebut. Mereka mendengar hadits, mengetahui isnadnya dan menshohihkannya dan mereka pergi ke pendapat Sufyan dan selainnya?! Alloh Ta’ala berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم

“Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul diantara kalian seperti panggilan sebahagian kalian kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih”. (QS An-Nur 63)

Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan fitnah? Kekafiran! Alloh Ta’ala berfirman:

وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ

“Berbuat fitnah lebih besar kezholimannya daripada membunuh”. (QS Al-Baqoroh 217)

Mereka meninggalkan hadits dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan lebih mengedepankan nafsu mereka terhadap pendapat?”.
Syaikhul Islam mengatakan –setelahnya-: “Apabila orang yang menyelisihi perintah-Nya telah diingatkan dengan kekafiran, kesyirikan dan azab yang pedih, maka itu menunjukkan bahwa maksudnya adalah: Sebuah penyelisihan ada yang menyebabkan kekafiran dan ada yang menyebabkan azab yang pedih. Dimaklumi bahwa penyelisihan yang menimbulkan azab yang pedih bisa dengan semata-mata perbuatan maksiat. Maka perbuatan yang membawa kepada kekafiran adalah apabila penyelisihan itu digandengi dengan sikap menganggap enteng perintah sebagaimana dilakukan oleh Iblis. Maka bagaimana dengan perkara yang lebih berat seperti menghina, mencela (syari’at), dan semisalnya”. Selesai

Sebagian ulama menghitung bahwa berpegang teguh secara mutlak dengan perkataan salah seorang manusia dan memasrahkan pengetahuan kebenaran kepadanya tanpa selainnya walaupun menyelisihi kebenaran, merupakan jenis kesyirikan di masalah Rububiyyah Alloh Ta’ala . Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersendirian dalam hukum dan pensyariatan  sesuai tuntutan Rububiyyah-Nya.
Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab An-Najdy Rahimahulloh mengatakan dalam salah satu risalah beliau, sebagaimana di “Ad-Durorus Sunniyah” (1/45): “Tidak ada perselisihan antara aku dan kalian bahwasanya seluruh ulama jika sepakat tentang sesuatu maka wajib untuk mengikutinya. Sekarang perkaranya, jika mereka berselisih apakah wajib bagiku menerima kebenaran yang datang dan mengembalikannya kepada Alloh dan Rosul-Nya dengan meneladani ulama, ataukah boleh bagiku menganut pendapat sebagian mereka tanpa dalil? dan aku sangka bahwa yang benar adalah pendapat mereka?
 Halaman 14