-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Sadarkah Anda Bahwa: Sesungguhnya Taqlid Bisa Mengikis Tauhid?

Kalian berada dalam pilihan yang (terakhir) ini, yaitu perkara yang dicela oleh Alloh dan Rosul-Nya dan menamakannya sebagai kesyirikan yaitu menjadikan ulama sebagai tuhan-tuhan”. Selesai

Maksud beliau bahwa Alloh menamakannya sebagai sebuah kesyirikan adalah pada firman-Nya:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُون

“Mereka menjadikan orang-orang alim (ulama) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Robb yang Esa, tidak ada Robb (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS At-Taubah 31)

Al-Qurthuby dalam tafsirnya (8/120) mengatakan: “Pakar bahasa mengatakan: Mereka menjadikan rahib-rahib dan pendeta-pendeta mereka seperti tuhan-tuhan dari sisi mereka mentaati para pemuka agama tersebut pada setiap perkara”. Selesai

Imam Syaukany di “Fathul Qodir” (2/505) mengatakan: “Pada ayat ini terdapat larangan untuk taqlid di agama Alloh bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, dan dia menyaksikan yang ada, serta larangan untuk mengedepankan perkataan pendahulu daripada Al-Kitab yang mulia dan As-Sunnah yang suci. Karena ketaatan seorang pengikut mazhab (pemahaman) terhadap orang yang perkataannya diteladani dan perbuatannya diikuti -dari kalangan ulama umat ini- bersamaan dengan penyelisihannya terhadap penjelasan dalil-dalil dan tegaknya hujjah Alloh serta bukti-buktinya yang disebutkan di Kitab-Nya dan lewan lisan para nabi-Nya, maka hal tersebut (taqlid ulama) seperti perbuatan Yahudi dan Nashoro yang menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Alloh. Sebab Yahudi dan Nashoro tidaklah mengibadahi mereka (para rahib dan pendeta) akan tetapi mentaati mereka, mengharamkan apa yang mereka haramkan dan menghalalkan apa yang mereka halalkan. Inilah perbuatan yang dilakukan oleh para muqollid (pengikut) buta di umat ini”.  Selesai

Alloh telah menerangkan masalah tersebut dengan sejelas-jelasnya pada kitab-Nya. Dia Ta’ala berfirman:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang Amat pedih”. (QS Asy-Syuro 21)

Berpegang teguh secara mutlak dengan perkataan seorang alim adalah pemposisiannya pada posisi pensyariatan secara mutlak dan itu adalah pemposisian yang syirik.



Sungguh sangat bagus apa yang dinasehatkan Imam Asy-Syaukany dalam wacana yang besar ini, yang menimpa kebanyakan manusia. Beliau dalam “Fathul Qodir” (2/505-506) mengatakan: “Wahai hamba Alloh … wahai para pengikut Muhammad bin ‘Abdillah … kenapa kalian meninggalkan al-Kitab dan as-Sunnah di sisi kalian, kemudian kalian berpaling kepada orang-orang yang seperti kalian dalam masalah peribadatan kepada Alloh dengan keduanya (Al-Qur’an dan Sunnah) dan keharusan untuk beramal dengan apa yang diperintahkan oleh keduanya. Kalian malah beramal dengan pendapat-pendapat yang tidak disokong dengan tiang kebenaran, tidak ditunjang dengan sendi-sendi agama dan dalil-dalil dari Kitab dan Sunnah. Engkau menyeru dengan sekuat-kuatnya, engkau mengangkat suara setinggi-tingginya dengan sesuatu yang menyelisihi dan berbeda dengan keduanya. Kalian telah menjadikannya sebagai telinga yang tuli, hati yang tertutup, pemahaman yang sakit, pemikiran yang dungu, naluri yang cacat, kalian bersajak dengan perbuatan kalian:

ومَا أَنا إلا مِن غُزيَّةَ إن غوَتْ
    غَويتُ وإِن تَرشدْ غزيَّةُ أرشدُ

Tidaklah aku kecuali bagian dari kaum. Jika mereka sesat maka akupun sesat. Jika mereka lurus maka akupun lurus”. Selesai perkataan beliau semoga Alloh merahmatinya dan memasukkannya ke dalam keluasan surganya.
Halaman 15