Beliau
(Asy-Syafi’i) (pada penggalan kalimat no 266) mengatakan:”Barangsiapa
yang berselisih sepeninggal Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
maka dia mesti mengembalikan perkaranya kepada keputusan Alloh dan
Rosul-Nya, kemudian kepada keputusan Rosul-Nya”. Selesai
Ketaatan
dan pengikutan terhadap beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berlaku
secara mutlak. Adapun selain beliau maka ketaatan kepada mereka pada
kondisi tertentu, mereka hanyalah ditaati pada perkara-perkara yang
mencocoki kebenaran. Kebenaran yang ada padanya itulah yang wajib
ditaati.
Sebab kekhususan tersebut bagi Rosululloh, karena Alloh telah menyelamatkannya dengan menjaganya dari kesalahan, memberinya taufik dan hidayah dengan wahyu, sebagaimana Alloh Subhanah berfirman:
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا
الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ
مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS Asy-Syuro 52)
Alloh berfirman:
وَلَوْلَا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ
يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ
شَيْءٍ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ
مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakan sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah (sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu”. (QS An-Nisa’ 113)
Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran dan sunnah) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (QS An-Najm 3-4)
Para ulama sepakat akan terjaganya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dari cacat pada sisi kenabian, kerasulan dan penyampaian syari’at. Berbeda dengan selain beliau dari kalangan yang Alloh telah memerintahkan kita untuk merujuk dan bertanya kepada mereka, yaitu kalangan ulama dan pemimpin. Ketaatan kepada mereka bukanlah ketaatan yang mutlak namun pada perkara yang mereka memiliki dalil yang benar, sebagaimana kandungan makna tersebut disebutkat Asy-Syafi’i di Ar-Risalah (hal 77-88), karena orang-orang selain beliau memiliki kemungkinan bisa menyimpang dan sesat dalam agamanya, paling tidak bisa saja mereka keliru dan tergelincir, walaupun pelakunya seorang ahli ijtihad yang diberi uzur.
Halaman 7