-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Tauhid Dulu Baru Itu …

Alloh menyebutkan tentang mereka:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ ۞ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آَلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُون

"Sesungguhnya mereka, jika dikatakan kepada mereka "Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Alloh" mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan: "Apakah kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penya'ir yang gila ?". (QS Ash-Shoffat 35-36)

وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ ۞ أَجَعَلَ الْآَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

"Mereka heran dengan kedatangan pemberi peringatan dari kelangan mereka. Orang-orang kafir berkata: "Orang ini adalah penyihir yang banyak berdusta, apakah dia ingin menjadikan sembahan-sembahan itu menjadi sembahan yang satu saja ? Sungguh ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan".(QS Shod 4-5)

Mereka mengetahui kalau mereka menerima seruan kepada Tauhid Uluhiyyah maka mereka harus beribadah kepada Alloh saja dan meninggalkan sembahan-sembahan mereka, karena itulah mereka mengingkarinya.

Karena Tauhid Uluhiyyah merupakan keharusan dari penetapan Tauhid Rububiyyah maka sebaliknya tidak bisa seseorang dikatakan telah menetapkan Tauhid Uluhiyyah tetapi dia menyekutukan Alloh dalam Tauhid Rububiyyah seperti meyakini adanya orang yang mengetahui perkara ghoib, atau adanya benda yang bisa memberi manfaat dan bahaya dengan sendirinya.

Tauhid Uluhiyyah juga mengharuskan seseorang menetapkan apa yang Alloh tetapkan bagi diri-Nya dan meniadakan apa yang Alloh tiadakan, karena itulah bentuk ketundukan dan peribadahan seorang hamba. Makanya dari sisi ini orang yang menetapkan Tauhid Uluhiyyah mestilah menetapkan Tauhid Asma' wa Shifat dengan pemahaman yang benar. Rusaknya Tauhid Asma' wa Shifat pada diri seorang hamba menyebabkan kerusakan pada Tauhid Uluhiyyah.

Syaikh Sholih Alu Syaikh ¬Hafizhohulloh dalam At-Tamhid (434-437) mengatakan: "Demikian juga Tauhid Asma' wa Shifat merupakan bukti akan Tauhid Uluhiyyah. Barangsiapa yang sesat dalam Tauhid Asma' wa Shifat maka sesungguhnya kesesatan dalam masalah Tauhid Uluhiyyah akan mengikutinya. Karena itulah anda dapatkan para mubtadi' yang menyimpang dalam masalah nama-nama Alloh dan sifat-sifat-Nya dari umat ini, dari kalangan Al-Jahmiyyah, Al-Mu'tazilah, Ar-Rofidhoh, Al-Asya'iroh, Al-Maturidiyyah dan yang semisal mereka, anda mendapatkan ketika mereka menyimpang dalam Tauhid Asma' wa Shifat, mereka tidak mengetahui hakikat makna Tauhid Uluhiyyah. Maka mereka mantafsirkan makna "Ilah" selain maknanya, dan mengartikan "Laa ilaha illalloh" tidak sesuai dengan makna yang ditunjukkan secara bahasa (arab) ataupun istilah syari'at. Demikian juga mereka tidak mengetahui keterkaitan-keterkaitan Asma' wa Shifat dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kekuasan Alloh 'Azza wa Jalla". Selesai

TAUHID ASMA' WA SHIFAT
Mengenal Alloh baik nama-nama-Nya maupun sifat-sifat-Nya, mana yang wajib kita tetapkan bagi-Nya ataupun apa yang mesti kita sucikan dari-Nya, adalah merupakan perkara ghoib yang ilmunya hanya dari-Nya.Tauhid ini dibangun di atas dua landasan yaitu: pertama menyucikan Alloh 'Azza wa Jalla dari menyerupakan-Nya dengan makhluk. Adapun yang kedua adalah mengimani apa yang disifatkan Alloh akan diri-Nya dengan sisi yang layak dengan kesempurnaan-Nya. Bersamaan dengan itu seorang hamba mesti memutus keinginan untuk mengetahui hakikat penyifatan tersebut karena Alloh berfirman:

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا

"Dia mengetahui apa yang akan mereka mereka hadapi berupa apaha dan azab serta apa yang mereka tinggalkan di dunia, sementara ilmu mereka tidak bisa membatasi ilmu, dzat dan sifat-Nya". (QS Thoha 110)

Next >>                                                      Halaman 5