-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Tauhid Dulu Baru Itu …

Allohlah yang tahu tentang diri-Nya Subhanahu wa Ta'ala, dan kita tidak bisa mengetahui melainkan dari firman-Nya atau lewat sabda Rosul-Nya dan kita tidak dibebankan lebih dari itu. Apa yang Dia tetapkan maka kita tetapkan dan apa yang Dia tiadakan maka kita tiadakan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh dalam Al-Aqidah Al-Wasithiyyah mengatakan: "Karena Dia Subhanahu yang paling tahu dengan diri-Nya dan selainnya, yang paling benar perkataannya, paling baik perkataan dari pada makhluknya. Kemudian para rosul-Nya orang-orang yang jujur dan terpercaya. Berbeda dengan orang-orang yang berkata tentang-Nya dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Dia Subhanahu mengatakan:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ۞ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ ۞ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Maha Suci Robb-mu Robb segala keperkasaan, dari apa yang mereka sifatkan. Selamat bagi para Rosul dan segala puji bagi Robb semesta alam". (QS Ash-Shoffat 180-182)

Maka Dia mensucikan dirinya dari apa-apa yang disifatkan oleh orang-orang yang menyelisihi para rasul, lalu (Dia) mengucapkan selamat kepada para rosul karena selamatnya perkataan-perkataan mereka dari kekurangan dan aib" Selesai

Karena pentingnya masalah ini banyak dalil-dalil yang mewajibkan penyucian Alloh dari pensifatan yang dilakukan oleh para penyelisih. Ketika Nashoro menyifatkan dan menamakan Alloh sebagai "Tuhan Bapa", Alloh berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ ۞ سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

"Katakanlah (Wahai Muhammad): "Ar-Rohman tidak memiliki anak, sementara akulah orang yang pertama kali menentang dan tidak menyukai perkara itu. Maha Suci Robb langit dan bumi serta Robb 'Arsy yang agung dari apa yang mereka sifatkan". (QS Az-Zukhruf 81-82)

Penolakan salah satu nama ataupun sifat Alloh yang telah dia tetapkan pada hakikatnya adalah pendustaan terhadap-Nya. Adapun keluar tidaknya mereka dari Islam sesuai jenis penyimpangan yang mereka lakukan dan udzur syar'i yang ada pada mereka.

Perlu dicermati banyak orang keliru menganggap bahwa dua landasan Tauhid Asma' wa Shifat yang telah disebutkan di atas bertolak belakang. Sesungguhnya penetapan nama dan sifat Alloh tidak berarti kita menyerupakan-Nya dengan Alloh, karena Alloh berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

"Dia benar-benar tidak serupa dengan apapun, dan Dia adalah As-Sami' (Dzat Yang Maha Mendengar) dan Al-Bashir (Dzat Yang Maha Melihat)". (QS Asy-Syuro 11)

Dalam ayat ini Alloh meniadakan adanya penyerupaan dengan-Nya, namun setelah itu Alloh menetapkan bagi diri-Nya sifat mendengar dan sifat melihat padahal manusia juga disifati dengan kedua sifat tersebut.

Hal ini disebabkan karena tidak mesti sesuatu yang memiliki penyebutan yang sama maka hakikatnya harus sama. Kita punya kaki, dan kursi pun punya kaki, apakah sama kaki kita dengan kaki kursi, padahal keduanya dinamakan kaki ? Maka kaki manusia adalah sesuatu yang layak dengan manusia dan kaki kursi adalah yang layak dengannya. Pada makhluk saja perbedaannya bisa dimaklumi, maka bagaimana bisa penetapan hakikat sifat Alloh dianggap penyerupaan ?
Sebagai misal firman Alloh Ta'ala:

بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاء

"Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki". (QS Al-Ma'idah 64)

Next >>                                                      Halama 6