-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

BISAKAH MENGHADIAHKAN PAHALA BAGI ORANG YANG TELAH MENINGGAL (MAYYIT) ? (bagian dua: Ibadah-Ibadah Badaniyyah)

Yang dimaksud haji ataupun ‘umroh wajib adalah: Haji atau ‘umroh yang berada dalam tanggung jawab seseorang, seperti orang yang mampu untuk melakukan haji atau ‘umroh Islam (wajib) semasa hidupnya namun dia menunda sampai akhirnya dia meninggal sebelum menunaikannya. Adapun jika semasa hidup dia tidak ada kemampuan untuk melakukan haji ataupun ‘umroh baik dari sisi harta ataupun fisik, maka dia tidak terkena kewajiban haji atau ‘umroh, dan kalau dia meninggal maka tidak ada beban tanggung jawab baginya.
Adapun jika seseorang bernadzar untuk melakukan haji atau ‘umroh, maka kewajiban untuk membayar nadzar tersebut tetap berada dalam tanggungannya setelah dia meninggal apabila dia tidak menunaikannya ketika hidup, terlepas apakah semasa hidup dia mampu melakukannya atau tidak.
Dalam masalah ini (haji dan umroh wajib) terdapat dalil yang terang sebagaimana di sebutkan Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwasanya seorang wanita dari Juhainah datang menemui Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan mengatakan: “Sesungguhnya ibuku bernadzar bahwa dia akan berhaji, namun dia tidak menunaikan haji sampai dia meninggal. Apakah aku berhaji atas namanya?”.
Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً؟ اقْضُوا اللَهَ فَاللَهُ أَحَقُّ بِالوَفَاء
 
“Ya hajilah atas namanya. Bagaimana pendapatmu jika ibumu memiliki hutang, bukankah kamu membayarkannya? Tunaikanlah (hutang) kalian kepada Alloh karena Alloh lebih berhak untuk dipenuhi”. (HR Bukhory)
Juga riwayat lain dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma bahwasanya seorang wanita bertanya kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang ayahnya yang meninggal dan belum haji, beliau berkata:

حُجِّي عَنْ أَبِيكِ
 

“Hajilah atas nama ayahmu”. (HR An-Nasaa-iy, dishohihkan Syaikh Al-Albany dan Muhammad Hizam)

3. PUASA WAJIB ATAS NAMA MAYYIT
Dalil untuk masalah ini, sabda Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:

من مات وعليه صيام صام عنه وليه

 
“Barangsiapa yang meninggal dan memiliki tanggung jawab puasa maka hendaklah ahli warisnya berpuasa atas namanya”. (HR Bukhory-Muslin dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha)

AMALAN AMALAN YANG TIDAK ADA PENDALILANNYA SECARA KHUSUS

1. AMALAN HAJI ATAU ‘UMROH YANG TATHOWWU’ (SUNAT) ATAS NAMA MAYYIT
Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat sbb:
Apabila mayyit meninggalkan wasiat untuk dihajikan atau di’umrohkan, maka jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bolehnya. Pendapat ini diselisihi sekalangan ulama Syafi’iyyah, mereka berpendapat tidak bolehnya haji ataupun ‘umroh tathowwu’ atas nama mayyit baik ada wasiat atau tidak. [Lihat: Al-Hawy Al-Kabir karya Al-Mawardy 4/264, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab karya An-Nawawy 7/112, Al-Mughny karya Ibnu Qudamah 3/227, Al-Kitaab Ma’a Al-Lubaab 4/177, Minhul Jalil 2/216, Al-Mudawwanah 4/367]
Kemudian para ulama yang berpendapat bolehnya bentuk di atas (yakni jika mayyit mewasiatkan), mereka berselisih pendapat jika mayyit tidak mewasiatkan. Akan tetapi perselisihan tersebut pada makruh atau bolehnya, adapun akan sahnya amalan tersebut mereka sepakat atas hal tersebut.
Diantara dalil yang dipakai akan pembolehan haji dan ‘umroh tathowwu’ atas nama mayyit adalah keumuman hadits yang diriwayatkan ‘Abdulloh bin ‘Amr bin Al-’Ash Rodhiyallohu ‘Anhuma, dimana Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

إنه لو كان مسلماً فأعتقتم عنه أو تصدقتم عنه أو حججتم عنه بلغه ذلك

 
“Sungguh, seandainya dia muslim, kemudian engkau memerdekakan budak, bersedekah, atau haji atas namanya maka (pahala) hal tersebut akan sampai kepadanya”. (HR Abu Daud dihasankan Syaikh Al-Albany)
Di hadits ini Rosululloh tidak merinci apakah haji atas nama mayyit tersebut adalah haji wajib atau tathowwu’.
Juga dalil yang mereka bawakan bahwa ‘illah bolehnya penggantian dalam haji dan ‘umroh adalah ketidakmampuan dari sisi fisik, maka hal ini juga berlaku bagi yang telah meninggal.

Next>>                                                  Halaman 3