-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ORANG TUA (BAGIAN 2)

MIRIP TERORIS
Allah Ta’ala berfirman:

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan sesungguhnya manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya” (QS An-Najm Ayat 38-39)

Di zaman kita sekarang ini, terorisme memang lagi berkembang. Dan yang paling tenarnya adalah para teroris yang mengatas-namakan Islam -‘Iyadzan billah-. Sebagian orang merasa senang dengan keberadaan mereka, sebagian mengatakan ini hanya sandiwara orang kafir untuk mencoreng nama islam, dan sebagian lagi merasa resah namun justru berpandangan jelek terhadap orang-orang yang konsekwen menjalankan agamanya.

Memang bukanlah sesuatu yang mustahil kalau orang-orang kafir turut berperan dalam masalah ini, namun demikian tak perlu heran dengan keberadaan kelompok seperti ini dalam Islam. Pemikiran mereka sudah muncul sejak zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada orang yang bernama Dzul Khuwaisiroh, yang sembunyi-sembunyi sampai kasus pembunuhan ‘Utsman kemudian berani terang-terangan di kekholifahan ‘Ali. Mereka dikenal dengan nama Al-Khowarij, Al-Azariqoh (pengikut Nafi’ bin Al-Azroq) atau Al-Haruriyyun (nisbat kepada tempat bernama Haruro). 

Abu Sa’id Al-Khudry Rodhiyallahu 'Anhu mengisahkan:

Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, waktu itu beliau sedang membagi-bagi harta rampasan, Dzul Khuwaisiroh -dia adalah seorang lelaki dari Bani Tamim- mendatangi beliau, lalu berkata: “Wahai Muhammad, adillah !!”. Maka Rasulullah berkata: “Celaka engkau, siapa lagi yang bisa berbuat adil kalau aku tidak berbuat adil. Kamu gagal dan rugi kalau aku tidak berlaku adil . Maka ‘Umar berkata: “Wahai Rasulullah izinkan aku untuk menebas lehernya”. Maka beliau berkata: “Biarkan dia. Sesungguhnya dia akan memiliki pengikut, yang kalian merasa sholat kalian kurang dibanding sholat mereka, puasa kalian kurang dibanding puasa mereka, mereka membaca Al-Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama ini sebagaimana anak panah menembus buruannya . Ketika dilihat ujung besi panah, tidak didapatkan apa-apa. Kemudian ketika dilihat tangkainya, tidak didapatkan apa-apa. Lalu dilihat bulu panah, tidak didapatkan apa-apa, tidak menempel sedikitpun isi perut atau darah. Ciri-ciri mereka, terdapat seorang lelaki hitam yang salah satu lengannya seperti payudara atau seperti segumpal daging yang terayun-ayun. Mereka keluar ketika terjadi perpecahan di kalangan manusia”. Kemudian Abu Sa’id berkata: “Saya bersaksi bahwa saya mendengar hadits ini dari Rasulullah, dan saya bersaksi bahwa ‘Ali bin Abi Tholib memerangi mereka, ketika itu saya bersamanya. Lalu dia (‘Ali) meminta lelaki tersebut, maka dicari dan ditemukan, kemudian didatangkan padanya, sampai saya melihat orang tersebut dengan ciri yang disifatkan oleh Rasulullah”.  (HR Bukhory-Muslim)

Hazawwar Abu Gholib Rahimahullah mengisahkan: “Ketika kepala-kepala pengikut Al-Azariqoh didatangkan dan ditancapkan di tangga masjid Damaskus, Abu Umamah datang. Maka air matanya menetes ketika melihat mereka, beliau berkata: “Anjing-anjing neraka -sebanyak tiga kali-. Mereka adalah sejelek-jelek korban pembunuhan di bawah kolong langit. Sementara sebaik-baik korban pembunuhan adalah yang mereka bunuh”. -Pada akhir hadits- Saya bertanya kepada Abu Umamah: “Apakan engkau mendengarnya dari Rasulullah?”. Beliau berkata: “Kalau aku tidak mendengarnya dua, tiga, empat, lima, enam atau tujuh kali, maka aku tidak akan menyampaikannya kepada kalian”. (HR Ibnu Majah dan Ahmad -lafadz ini di riwayat Ahmad-. Hadits dihasankan Imam Al-Albany Rahimahullah)

Next >>                                                                    Halaman 4