MIRIP TERORIS
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَّا تَزِرُ
وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى
“Seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan sesungguhnya manusia hanya
memperoleh apa yang diusahakannya” (QS An-Najm Ayat 38-39)
Di zaman kita sekarang ini,
terorisme memang lagi berkembang. Dan yang paling tenarnya adalah para teroris
yang mengatas-namakan Islam -‘Iyadzan billah-. Sebagian orang merasa senang
dengan keberadaan mereka, sebagian mengatakan ini hanya sandiwara orang kafir
untuk mencoreng nama islam, dan sebagian lagi merasa resah namun justru
berpandangan jelek terhadap orang-orang yang konsekwen menjalankan agamanya.
Memang bukanlah sesuatu yang
mustahil kalau orang-orang kafir turut berperan dalam masalah ini, namun
demikian tak perlu heran dengan keberadaan kelompok seperti ini dalam Islam.
Pemikiran mereka sudah muncul sejak zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pada orang yang bernama Dzul Khuwaisiroh, yang sembunyi-sembunyi sampai
kasus pembunuhan ‘Utsman kemudian berani terang-terangan di kekholifahan ‘Ali.
Mereka dikenal dengan nama Al-Khowarij, Al-Azariqoh (pengikut Nafi’ bin
Al-Azroq) atau Al-Haruriyyun (nisbat kepada tempat bernama Haruro).
Abu Sa’id
Al-Khudry Rodhiyallahu 'Anhu mengisahkan:
Ketika kami bersama Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, waktu itu beliau sedang membagi-bagi harta
rampasan, Dzul Khuwaisiroh -dia adalah seorang lelaki dari Bani Tamim-
mendatangi beliau, lalu berkata: “Wahai Muhammad, adillah !!”. Maka Rasulullah
berkata: “Celaka engkau, siapa lagi yang bisa berbuat adil kalau aku tidak
berbuat adil. Kamu gagal dan rugi kalau aku tidak berlaku adil . Maka ‘Umar
berkata: “Wahai Rasulullah izinkan aku untuk menebas lehernya”. Maka beliau
berkata: “Biarkan dia. Sesungguhnya dia akan memiliki pengikut, yang kalian
merasa sholat kalian kurang dibanding sholat mereka, puasa kalian kurang
dibanding puasa mereka, mereka membaca Al-Qur’an tapi tidak sampai melewati
kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama ini sebagaimana anak panah
menembus buruannya . Ketika dilihat ujung besi panah, tidak didapatkan apa-apa.
Kemudian ketika dilihat tangkainya, tidak didapatkan apa-apa. Lalu dilihat bulu
panah, tidak didapatkan apa-apa, tidak menempel sedikitpun isi perut atau darah.
Ciri-ciri mereka, terdapat seorang lelaki hitam yang salah satu lengannya
seperti payudara atau seperti segumpal daging yang terayun-ayun. Mereka keluar
ketika terjadi perpecahan di kalangan manusia”. Kemudian Abu Sa’id berkata:
“Saya bersaksi bahwa saya mendengar hadits ini dari Rasulullah, dan saya
bersaksi bahwa ‘Ali bin Abi Tholib memerangi mereka, ketika itu saya
bersamanya. Lalu dia (‘Ali) meminta lelaki tersebut, maka dicari dan ditemukan,
kemudian didatangkan padanya, sampai saya melihat orang tersebut dengan ciri
yang disifatkan oleh Rasulullah”. (HR
Bukhory-Muslim)
Hazawwar Abu Gholib Rahimahullah
mengisahkan: “Ketika kepala-kepala pengikut Al-Azariqoh didatangkan dan
ditancapkan di tangga masjid Damaskus, Abu Umamah datang. Maka air matanya menetes
ketika melihat mereka, beliau berkata: “Anjing-anjing neraka -sebanyak tiga
kali-. Mereka adalah sejelek-jelek korban pembunuhan di bawah kolong langit.
Sementara sebaik-baik korban pembunuhan adalah yang mereka bunuh”. -Pada akhir
hadits- Saya bertanya kepada Abu Umamah: “Apakan engkau mendengarnya dari
Rasulullah?”. Beliau berkata: “Kalau aku tidak mendengarnya dua, tiga, empat,
lima, enam atau tujuh kali, maka aku tidak akan menyampaikannya kepada kalian”.
(HR Ibnu Majah dan Ahmad -lafadz ini di riwayat Ahmad-. Hadits dihasankan Imam
Al-Albany Rahimahullah)