-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Mengenal Pendapat Ulama Seputar Santunan Bagi Pengajar Agama


DA’I YANG TAFARRUGH (MENGHABISKAN WAKTU) UNTUK BELAJAR MENGAJAR ADALAH SEORANG PEMALAS?
Perlu dipahami sebagaimana datang dalil-dalil akan keutamaan mencari nafkah dengan tangan sendiri, maka datang juga dalil-dalil akan keutamaan untuk tafarrugh dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya. Karena itu tidak bisa langsung mengambil yang satu dan membuang yang lain.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits Al-Qudsi:
 
يقول ربكم يا ابن آدم تفرغ لعبادتى أملأ قلبك غنى وأملأ يديك رزقا يا ابن آدم لا تباعد منى فأملأ قلبك فقرا وأملأ يديك شغل

“Robb kalian mengatakan: “Wahai anak Adam. Tafarrughlah untuk beribadah kepada-Ku maka akan kupenuhkan hatimu dengan kekayaan dan tanganmu dengan rezki. Wahai anak Adam janganlah engkau menjauh dari-Ku niscaya akan kupenuhi hatimu dengan kemiskinan dan tanganmu dengan kesibukan”. (HR Al-Hakim dari Ma’qil bin Yasar Rodhiyallohu ‘Anhu, dishohihkan Syaikh Muqbil dan Al-Albany)

Rezki yang halal adalah apa yang Dia halalkan, dan rezki yang haram adalah apa yang Dia haramkan, bukan kembali kepada akal, pendapat dan perasaan manusia.
Sama-sama dimaklumi bahwa di antara bentuk peribadahan yang paling utama adalah mengajar dan mempelajari agama Islam. Dan dengan tafarrughlah langkah optimal bisa diupayakan.
Abu Hurairoh Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang mengatakan: “Abu Hurairoh kebanyakan (menyampaikan hadits)”. Kalaulah bukan karena dua ayat di Kitabulloh, aku tidak akan menyampaikan satu hadits pun”. Kemudian beliau membaca:
 
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ * إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka itulah aku menerima taubatnya dan Akulah At-Tawwaab (Yang Maha Menerima Taubat) lagi Ar-Rohiim (Maha Menyampaikan Rahmat)”. (QS Al-Baqoroh 159-160)
Beliau (Abu Hurairoh) berkata:
 
إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ

“Sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan Muhajirin dahulu disibukkan jual beli di pasar-pasar, dan sesunggunya sadara-saudara kami dari kalangan Anshor dahulu disibukkan bekerja di harta-harta (perkebunan) mereka. Sesungguhnya Abu Hurairoh dahu senantiasa bersama Rosululloh dengan (sekedar) yang mengenyangkan perutnya. Dia menghadiri apa yang tidak mereka hadiri dan menghapal yang tidak mereka hapal”. (HR Bukhory)
‘Ubaid bin ‘Umair Raimahulloh mengatakan: “Sesungguhnya Abu Musa meminta izin (untuk menemui) ‘Umar sebanyak tiga kali. Maka kelihatannya dia mendapatkannya (‘Umar) sibuk, sehingga dia kembali. ‘Umar berkata (kepada orang yang bersamanya): “Tidakkah engkau mendengar suara ‘Abdulloh bin Qois (Abu Musa)? izinkanlah dia”. Maka dia dipanggil. ‘Umar mengatakan: “Apa yang mendasarimu untuk berbuat demikian (yakni pergi setelah minta izin tiga kali)”. Dia menjawab: “Sesungguhnya kita dahulu diperintahkan dengan perkara ini (yakni oleh Rosululloh)”. ‘Umar berkata: “Tegakkan bukti atas ini atau sungguh aku akan melakukan sesuatu”.
Maka dia (Abu Musa) keluar dan pergi ke majelis prang-orang Anshor. Mereka mengatakan: “Tidak ada yang bersaksi untukmu atas perkara ini kecuali orang yang paling kecil diantara kami”.
Kemudian berdirilah Abu Sa’id dan mengatakan: “Kita dahulu diperintahkan dengan perkara ini”. Maka ‘Umar berkata:
 
خفي علي هذا من أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم، ألهاني عنه الصفق بالأسواق

“Tersembunyi bagiku hal ini dari perkara-perkara Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, perdagangan di pasar melalaikanku darinya”. (HR Muslim)

Next >>                                                        Halaman 10