-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

SANDIWARA ISLAMY


Perlu kiranya pembaca mendapatkan maklumat dari para ulama Rahimahullah yang dengannya akan terlihat kebenaran dan dengannya biidznillah akan tersingkap tabir kebohongan.
Syaikh Bakr Abu Zayd Rahimahullah menyebutkan bahwa sebahagian peneliti menyatakan bahwa munculnya sandiwara sebagai salah satu wujud peribadahan dan dakwah adalah dimulai oleh para penyembah berhala kaum Yunani [Hukmu At Tamsil hal 18]
Syaikh Bakr kemudian menukilkan penyebutan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dari kitab Al-Iqtidho’ Shiratul Mustaqim (1/ 478) tentang yang dilakukan orang-orang Nashrany yang membawa daun zaitun dan semisalnya di “Minggu Palma”, melakukan amalan menyerupai apa yang dialami Al-Masih ketika memasuki Baitul Maqdis dimana mereka meniru-niru beliau pada hari itu.
Kemudian beliau (Syaikh Bakr) mengatakan:

ثم امتدت هذه البدعة لدى العرب إلى تهادي الزهور أيام المواسم والأعياد ...

“Kemudian bid’ah ini berlanjut di kalangan Arab dalam bentuk saling menghadiahi bunga di hari-hari perayaan dan ‘ied …

ثم انتشر التمثيل في المعابد الكنسية، يمثل جزءاً من تعبداتهم الكنسية ...

“Lalu sandiwara berkembang di gereja-gereja yang menjadi bahagian peribadahan mereka di gereja …

وفي العقود الأخيرة من القرن الرابع عشر الهجري تسربت التمثيليات الدينية، والهزلية إلى المدارس النظامية، والدينية منها إلى الجماعات الإسلامية ...

“Di masa-masa belakangan, dari abad ke empat belas hijriyyah, mulailah sandiwara diniyyah masih sedikit-sedikit, yang komedi ke sekolah-sekolah umum, sementara sandiwara diniyyah masuk ke kelompok-kelompok (yang mensifati diri) Islamy …” [Lihat: Hukmut Tamtsil hal 18-20]
Penjelasan di atas tampak jelas bahwa penggunaan sandiwara sebagai media dakwah dan atau pendekatan diri kepada ilah merupakan amalan yang dilakukan pada umat-umat terdahulu bahkan merupakan bid’ah di sebahagian
agama. Hal ini sekaligus menggugurkan klaim orang-orang yang mengaku mengikuti salafus sholih Ridhwanullah ‘Alaihin dalam beragama dan berdakwah. Bahkan terlihat siapa sebenarnya salaf (pendahulu) yang sedang mereka ikuti. Wallahul Musta’aan.
Untuk melengkapi faidah, berikut ini akan dinukilkan beberapa perkataan ulama terkait masalah ini:
• Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rahimahullah ditanya tentang sandiwara dan kisah fiktif untuk dakwah, maka beliau mengatakan:

قد سبق منا غير مرة أن التمثيل لايصلح وأنه كذب

“Telah lewat penjelasan dari kami berulang kali bahwasanya sandiwara tidak boleh dan itu adalah kedustaan”.


Next >>                                                       Halaman 2