-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

PENERUS DAN PENGEMBAN ILMU YANG KONSISTEN TAK LUPUT DARI BAHAYA LATEN (NUKILAN BIOGRAFI: IMAM ABU YA’QUB YUSUF BIN YAHYA AL-MISHRY, MASYHUR DIKENAL DENGAN AL-BUWAITHY Rahimahullahu Ta’ala)

Beliau -sebagaimana kebiasaan para pendahulu- memilih orang yang tepat untuk melanjutkan perjuangannya dalam membawa umat kepada kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan. Murid yang beliau pilih adalah Yahya Al-Hajury, seseorang yang beliau akui sendiri keilmuannya, akhlaknya, dan kekokohannya dalam memerangi para penyelisih sunnah. Namun hari ini tak beda dengan hari yang lalu. Mesti ada yang tak senang akan penggantian itu, bahkan sampai mendatangi Imam Al-Wadi’iy di masa-masa sakit menjelang kematiannya untuk mengemukakan keberatannya, kenapa Al-Hajury yang diamanahkan untuk menduduki kursi di majelis?!! Namun apa hendak dikata, sang Imam berkata lirih: “Aku lebih mengetahui kondisi muridku”. 

Sepeninggal sang Imam operasi tak berhenti. Berbagai makar terus berjalan, patah tumbuh hilang berganti, walau mesti berharap dia tewas di tangan musuh Islam yang berbuat arogan, walau harus mencari bahkan memaksakan untuk menuduhnya dengan sebuah kesalahan.
Segala puji bagi hanya bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada beliau kesabaran dan mengkaruniakan kepadanya sikap tawakkal (pemasrahan urusan) kepada Robbul ‘Alamin. Inilah yang terpancar dari amalan dan perkataannya, Allahlah yang lebih mengetahui apa yang ada di hatinya.

SESUATU YANG MUNGKIN PANTAS DIJADIKAN SEBAGAI RENUNGAN

Para salaf tidak mengajarkan kita untuk menggantungkan diri pada perkataan dan pendapat seseorang, sebagian ataupun mayoritas orang. Akan tetapi kepada Al-Qur’an dan Sunnahlah kita bergantung. Penggantungan keyakinan kepada pendapat orang-orang bukanlah didikan salafus sholih, justru ciri ini tampak nyata pada perilaku ahlul bid’ah yang menyelisihi jalan mereka. Tidaklah orang-orang itu menyimpang melainkan karena mereka lebih mengedepankan pendapat tokoh panutan mereka ketimbang aturan yang ditetapkan dalam syari’at. Selama namanya manusia -kecuali yang dirahmati Allah-, tidak ada yang bisa selamat dari serangan hawa nafsu, entah itu awam atau ulama. Allah telah menghikayatkan perkataan istri Al-Aziz : 

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيم

Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali yang diberi rahmat oleh Robbku. Sesungguhnya Robbku Ghofur (Maha Pengampun) dan Rohiim (Maha Pemberi Rahmat)”. (QS Yusuf 53)

Kebenaran dalam syari’at ini tidaklah bisa berubah. Apa yang dahulu merupakan sebuah kebenaran, akan tetap menjadi kebenaran sampai hari kiamat. Akan tetapi manusialah yang sikapnya bisa berubah-ubah. Apabila seseorang mempertahankan hawa nafsu yang sudah terlanjur terbenam di hati, mau tidak mau dia mesti membela kesalahan yang dahulu dia ingkari dan menentang kebenaran yang terasa tak pas di hati, sadar tidak sadar dia mesti berusaha menyamarkan kebenaran menjadi sebuah kesalahan dan kesalahan menjadi kebenaran, karena kebenaran yang hakiki tidak akan menjadi penolong bagi hawa nafsunya. 

Karena itulah pertentangan sikap dalam menghadapi dua kasus yang sama (misalnya: Pada amalan dan alasan yang sama, kalau teman atau pendukungnya yang melakukan dibiarkan saja bahkan dibela. Apabila yang melakukan adalah orang lain maka disalahkan) merupakan ciri bahwa orang tersebut sedang tidak bertindak di atas jalan ahlussunnah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan: “Barangsiapa yang menempuh jalan ahlussunnah maka akan lurus perkataannya, dan dialah ahlul haq, istiqomah (kelurusan) dan i’tidal (kesetimbangan). Kalau tidak (menempuh jalan ahlussunnah) maka akan terjadi kebodohan, kedustaan, kekurangan, dan sikap yang saling bertolak belakang”. [Minhajus Sunnah 4/313]

Next >>                                                                    Halaman 5