-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

PENERUS DAN PENGEMBAN ILMU YANG KONSISTEN TAK LUPUT DARI BAHAYA LATEN (NUKILAN BIOGRAFI: IMAM ABU YA’QUB YUSUF BIN YAHYA AL-MISHRY, MASYHUR DIKENAL DENGAN AL-BUWAITHY Rahimahullahu Ta’ala)

Ar-Robi’ bin Sulaiman Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih cepat berdalil dengan Kitabullah Ta’ala dari pada Abu Ya’qub Al-Buwaithy”. [Tarikh Baghdaad wa Dzuyulihi karya Al-Khotib Al-Baghdaady, Tahdziibul Kamaal fi Asmaa-ir Rijaal karya Al-Hafizh Al-Mizzy: Biografi Imam Al-Buwaithy]

Ar-Robi’ bin Sulaiman bin ‘Abdil Jabbar Al-Murody, kuniyahnya Abu Muhammad. Seorang Imam, Muhaddits, faqih kabiir (pembesar ilmu fiqh), murid Asy-Syafi’i dll. Salah satu guru Imam Abu Daud, Ibnu Majah dan An-Nasa’iy. Ar-Robi’ berkata: “Setiap muhaddits yang meriwayatkan hadits di mesir sepeninggal Ibnu Wahb, maka akulah yang mendiktekan (hadits) kepadanya”. [Siyar A’lamin Nubala’, Tahdzibul Kamaal: Biografi Imam Ar-Robi’ bin Sulaiman Al-Murody]

Beliau Rahimahullahu Ta’ala juga mengatakan: “Dahulu Abu Ya’qub Al-Buwaithy adalah orang yang memiliki kedudukan di sisi Asy-Syafi’i. Dulu jika seseorang bertanya kepada Asy-Syafi’i tentang suatu masalah, dia mengatakan: “Tanyalah Abu Ya’qub”. Apabila dia (Al-Buwaithy) telah menjawabnya, orang tersebut mengabarkan kepada Asy-Syafi’i, maka dia (Asy-Syafi’i) berkata: “Perkaranya sebagaimana yang dia katakan”. Terkadang datang kepada Asy-Syafi’i utusan dari petugas keamanan, maka Asy-Syafi-i mengarahkannya kepada Abu Ya’qub Al-Buwaithy dan mengatakan: “Dia adalah lisanku”. [Tarikh Baghdaad wa Dzuyulihi, Tahdziibul Kamaal fi Asmaa-ir Rijaal: Biografi Imam Al-Buwaithy]

Disamping keilmuannya yang menonjol di kalangan murid Imam Asy-Syafi’i, Abu Ya’qub Al-Buwaithy juga dikenal orang yang banyak beribadah dan berbuat baik kepada orang-orang.
Ar-Robi’ bin Sulaiman Rahimahullah mengatakan: “Dahulu Al-Buwaithy adalah orang yang gemar berpuasa, seringnya dia membaca Al-Qur’an di siang harinya dan malamnya, bersamaan dengan itu dia juga berbuat baik kepada orang-orang”. [Siyar A’lamin Nubala’: Biografi Imam Al-Buwaithy]
Beliau Rahimahullah juga mengatakan: “Dahulu Abu Ya’qub senantiasa menggerakkan kedua bibirnya dengan berdzikir kepada Allah”. [Tarikh Baghdaad wa Dzuyulihi, Tahdziibul Kamaal fi Asmaa-ir Rijaal: Biografi Imam Al-Buwaithy]

Abul Waliid bin Abil Jaarud Rahimahullah mengatakan: “Tidaklah aku terbangun pada suatu waktu di malam hari, melainkan aku mendengarkannya membaca Al-Qur’an dan sholat". [Tarikh Baghdaad wa Dzuyulihi, Thobaqotul Fuqohaa’ karya Asy-Syiroozy, Tahdziibul Kamaal fi Asmaa-ir Rijaal: Biografi Imam Al-Buwaithy]

Beliau juga orang yang kokoh memegang dan membela sunnah. Imam Abu ‘Umar Ibnu ‘Abdil Barr Rahimahullah mengatakan: “Dahulu beliau adalah ahlud dien (orang yang konsisten mengamalkan ajaran agama) dan ahlul ilmi, pemilik pemahaman dan seorang yang tsiqoh (sangat layak ditaruh kepercayaan). Beliau adalah orang yang teguh di atas as-sunnah, membantah ahlul bid’ah serta memiliki cara pandang yang bagus”. [Tahdziibul Kamaal fi Asmaa-ir Rijaal: Biografi Imam Al-Buwaithy]Karena itulah, beliau merupakan orang yang paling pantas menggantikan Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah Ta’ala di majelisnya, setelah beliau meninggal. Kedudukan yang ternyata diperebutkan banyak orang.

Ibnu Khuzaimah Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: “Dahulu aku memandang bahwa Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Hakam orang yang paling berilmu tentang mazhab Malik. Maka terjadi perselisihan antara dia dengan Al-Buwaithy di saat-saat kematian Asy-Syafi’iy. Abu Ja’far As-Sukkary berkata kepadaku: “Ibnu ‘Abdil Hakam berselisih dengan Al-Buwaithy tentang majelis (ilmu) Asy-Syafi’i. Al-Buwaithy berkata: “Aku lebih berhak atasnya dari padamu”. Yang satu juga berkata demikian. Kemudian datanglah Al-Humaidy, ketika itu dia di Mesir, dia berkata: “Asy-Syafi’iy berkata: “Tidak ada seorangpun yang lebih berhak atas majelisku daripada Yusuf (Al-Buwaithy), tidak seorangpun dari murid-muridku yang lebih berilmu darinya”. Ibnu ‘Abdil Hakam berkata: “Engkau berdusta”. Dia (Al-Humaidy berkata: “Bahkan engkau, bapakmu dan ibumu yang telah berdusta”. Maka Ibnu ‘Abdil Hakam marah. Kemudian duduklah Al-Buwaithy di posisi Asy-Syafi’iy”. [Siyar A’lamin Nubala’: Biografi Imam Al-Buwaithy]

Next >>                                                                    Halaman 2