• Menyelisihi petunjuk salaf Ridhwanullah ‘Alaihim menjadikan ilmu sebagai acuan kebenaran, bukan umur.
Al-Fasawy dalam Al-Ma'rifah wat Tarikh (1/516) meriwayatkan dari Hammad bin Zaid bin Hazim dari Ayyub dari 'Ikrimah: Bahwasanya didatangkan kepada 'Ali bin 'Abi Tholib sekelompok orang-orang zindiq atau murtad. Maka dia memerintahkan pasukannya, maka mereka membakar orang-orang tersebut. Kemudian sampailah khabar tersebut kepada Ibnu 'Abbas, maka dia berkata: "Kalau saya, maka saya akan membunuh mereka karena perkataan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, dan saya tidak akan membakar mereka karena larangan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
من بدل دينه فاقتلوه
Barangsiapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia
Beliau bersabda:
Beliau bersabda:
لا تعذبوا بعذاب الله عز وجل
Janganlah kalian mengazab dengan azab Alloh 'Azza wa Jalla"
Dalam riwayat Jarir bin Hizam ada tambahan: "Maka perkataan Ibnu 'Abbas tersebut sampai kepada 'Ali Radhiyallahu 'Anhu, maka beliau berkata:
ويح ابن أم الفضل أنه لغواص على الهنات
Waih Ibnu ummil Fadhl (maksudnya Ibnu 'Abbas) dia telah menyelami perkara sampai sekecil-kecilnya." Selesai penukilan
Tidak ada mukmin yang mengingkari bahwasanya ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu lebih utama, lebih berumur dan lebih berilmu daripada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu namun tidak ada yang berpendapat wajib mengambil pendapat ‘Ali kalau bertentangan dengan yang lain, bahkan ‘Ali sendiri tidak mengatakannya.
Imam Ahmad bin Hanbal, dalam kitab Fadho'ilus Shohabah meriwayatkan bahwa dikatakan pada Thowus: "Engkau telah berjumpa para shohabat Muhammad, namun engkau berhenti pada 'Abdullah bin 'Abbas". Dia menjawab: "Aku telah bertemu tujuh puluh orang shohabat Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, apabila mereka berbeda pendapat, mereka kembali ke pendapat Ibnu 'Abbas".
Diketahui bahwa Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu adalah seorang pemuda belia di kalangan shobahat yang lain.
Imam 'Abdur Rozzaq dalam Mushannafnya, meriwayatkan dari Ma'mar dari Az-Zuhri, bahwasanya dahulu majlisnya 'Umar penuh sesak oleh para Qurro', baik yang sudah berumur, maupun yang masih muda. Terkadang beliau meminta mereka bermusyawarah dengan mereka dan mengatakan:
لايمنع أحدا منكم حداثة سنه أن يشير برأيه فإن العلم ليس على حداثة السن ولا قدمه ولكن الله يضعه حيث شاء
"Janganlah menghalangi kalian kebeliaan untuk bermusyawarah dengan pendapatnya. Karena sesungguhnya ilmu tidaklah di atas umur belia atau sepuhnya, akan tetapi Allah meletakkannya dimana Dia kehendaki".
Ibnu Muflih dalam Al-Adabus Syar'iyyah (2/ 192-193) menukilkan: "Di Shahihain dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
كُنْت أُقْرِئُ رِجَالًا مِنْ الْمُهَاجِرِينَ مِنْهُمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ
Dahulu aku membacakan (ilmu) kepada sekelompok lelaki dari Muhajirin, diantaranya 'Abdur Rohman bin 'Auf
Next >> Halaman 3