-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Islam Dan Hukum Karma


ISLAM, WALILLAHIL HAMD
Fithrah manusia meyakini –dan tidak dapat ditolak- bahwa manusia dan alam yang membentang ini mesti ada yang mengatur dan menciptakannya. Sang Pencipta itu mestilah sesuatu yang ada dzat dan sifatnya yang penuh kesempurnaan. Manusia –jika tidak dituntun syari’at- berbeda-beda dalam penyifatan penciptanya karena perbedaan daya tangkap dan pemahaman mereka. Sebab itulah muncul beraneka ragam penggambaran batil yang ujungnya kembali kepada akal-akalan mereka.
Islam adalah agama yang sempurna dan dengannyalah fithrah manusia diciptakan. Islam meyakini bahwa Alloh memiliki sifat-sifat yang tinggi lagi sempurna, dan sifat-sifat tersebut tidak sama dengan sifat makhluk. Alloh Ta’ala mengatakan:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

“Dia tidak semisal dengan sesuatu apapun, dan Dialah As-Samii’ (Yang Maha Mendengar) dan Al-Bashiir (Yang Maha Melihat)” (QS Asy-Syuro 11)
Pengatur segenap makhluk tidaklah disifati dengan sifat-sifat kurang seperti tidur, beristri dsb, kebutuhan-kebutuhan yang sepantasnya disandarkan kepada makhluk. Dialah penguasa mutlak, pencipta kalian, pengatur segala sesuatu dan tidak ada yang luput dari ketetapan-Nya, Dialah Robb kalian:
ذَلِكُمُ اللَهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ * لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Itulah Alloh, Robb kalian. Tidak ada yang berhak untuk diibadahi selain Dia, Pencipta segala sesuatu maka ibadahilah Dia. Dialah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sementara Dia melihat segala penglihatan itu. Dialah Al-Lathiif (Yang Maha Halus Perbuatannya) lagi Al-Khabiir (Yang Maha Teliti)” (QS Al-An’am 102-103)
Setiap perbuatan-Nya memiliki hikmah yang hanyalah ditolak oleh orang-orang yang tidak sadar dengan keterbatasan akalnya, membuat keharusan-keharusan sekenanya, kalau begini maka begitu … akal tapi tidak logis.
Diantara hikmah-Nya adalah diutusnya para rasul untuk menyampaikan syari’atnya, menjelaskan apa yang mesti diperbuat seorang hamba di dalam kehidupan dunia yang satu kali saja. Dia menjadikan hari akhir sebagai pembalasan perbuatan hamba. Dia berhak mengampuni hamba yang dikehendaki-Nya[16] dan Dia berhak mengangkat derajat mereka sesuai keinginan-Nya, dan itu semua karena keutamaan-Nya.
Dia tidak ditanya kenapa berbuat begini, kenapa berbuat begitu, tapi kitalah yang kelak akan ditanya.
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُون

“Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, akan tetapi merekalah yang kelak akan ditanya”. (QS Al-Anbiya’ 23)
 
Next >>                                                 Halaman 4