-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Islam Dan Hukum Karma

PENDAPAT ADANYA HUKUM KARMA ADALAH PENDAPAT ADANYA REINKARNASI
Keyakinan hukum karma ini berbuah pada reinkarnasi, karena ketika mereka melihat pada kenyataan bahwa sering perbuatan manusia tidak terlihat balasannya semasa hidupnya. Seorang yang zholim bisa saja mati sebelum mendapatkan balasan atas kezholimannya, demikian juga orang yang beramal kebajikan belum tentu mendapatkan hasilnya dalam kehidupannya. Karena itulah butuh kepada “kehidupan-kehidupan” yang banyak, sehingga balasan dapat terpenuhi jika tidak didapatkan pada kehidupan ini.
KARMA “BERBUNTUT” PENIADAAN HARI PEMBALASAN
Keyakinan ini, baik didasari pemahaman ilhad (Atheis) atau wihdatul wujud, yang jelas perkara tersebut menolak keyakinan akan adanya hari akhir hari pembalasan. Karena mereka meyakini bahwa buah karma mesti mereka “cicipi” sampai akhirnya mereka bisa mencapai titik akhir menyatunya dengan Maha Brahma (Moksha di sisi Brahmiyyah) atau kebahagiaan yang abadi (Nirwana di sisi Buddha, namun  Mereka tidak menetapkan apakah derajat nirwana adalah kehidupan yang kekal atau kemusnahan[10]).
Adapun kiamat yang disebut sebagian Hindu tidak lain merupakan salah satu dari siklus dunia. Dimana –menurut mereka- dunia itu ada empat masa yang masing-masing masa tersebut berlangsung selama ratusan sampai jutaan tahun. Setelah masa ini berakhir maka akan terjadi kiamat dan seluruh ruh akan kembali ke ruh yang mulia (Brahman). Kemudian siklus dunia akan kembali untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, sampai waktu yang tanpa akhir.[11]
 
Siklus-siklus tersebut semuanya terkait dengan Brahman. Manu –dalam syari’atnya mengatakan: “Parmeshwar (Maha Brahma) ingin menciptakan makhluk dari zatnya sendiri maka dia menciptakan air, lalu melemparkan mani kedalamnya. Mani ini kemudian menjadi telur. Dari telur tersebut keluarlah Brahman dan kulit telur terpecah menjadi dua. Maka kulit yang satu dia jadikan surga dan kulit yang lain dia jadikan bumi langit dan apa-apa yang ada diantara keduanya, arah yang delapan dan laut yang berombak. Kemudian dari mulutnya keluar (kasta) Brahmana, dari tangannya keluar (kasta) Ksatriya, dari pahanya keluar (kasta) Waisya dan dari kakinya keluar (kasta) Sudra. Selama Brahman bangun maka dunia tetap ada, sementara jika dia tertidur maka dunia akan kiamat”.
Manu mengatakan: “Demikianlah tuhan menciptakan segala sesuatu dan menciptakanku. Dan dia mengulang perbuatan ini silih berganti setelah terjadinya kiamat. Apabila dia tidur maka terjadilah kiamat.  Apabila dia bangun terjadilah makhluk”.[12]
 
Jadi kematian bagi mereka: Kalau ruh itu telah mencapai derajat Moksha maka dia akan bersatu dengan tuhannya, jika belum maka dia akan terus melakukan reinkarnasi sampai kiamat untuk kembali ke tuhannya, kemudian mulai lagi siklus yang baru.[13]
Demikian juga Buddha, meskipun mereka menyebutkan adanya kiamat[14], namun itu hanyalah fase dari sebuah siklus, setelah itu bumi akan terbentuk lagi.[15]
 
Next >>                                                 Halaman 3