-->
مَثَلُ الَّذِيْ يَطْلُبُ الْعِلْمَ بِلاَ حُجَّةٍ كَمَثَلِ حَاطِبِ لَيْلٍ، يَحْمِلُ حُزْمَةَ حَطَبٍ وَفِيْهِ أَفْعَى تَلْدَغُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Ada Apa Di Bulan Dzulhijjah?

PUASA ‘AROFAH 9 DZULHIJJAH
Puasa Arofah adalah puasa sunat yang paling utama. Hal itu dikarenakan besarnya keutamaan yang dijanjikan. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang puasa di hari ‘Arofah, maka beliau menjawab:
يكفر السنة الماضية والباقية صحيح

“Menghapuskan kesalahan tahun sebelumnya dan tahun setelahnya” (HR Muslim dari Abu Qotadah Rodhiyallohu ‘Anhu)
Yang dimaksud dengan menghapuskan kesalahan tahun setelahnya: “Orang tersebut diberi taufik untuk tidak melakukan perbuatan dosa, atau jika dia terjatuh ke dalam perbuatan dosa maka dia diberi taufik untuk melakukan perbuatan yang bisa menghapuskannya”. [Subulus Salaam karya Imam Ash-Shon’any 1/581]
HARI-HARI MAKAN DAN MINUM 10-13 DZULHIJJAH
Abu Burdah bin Dinar Rodhiyallohu ‘Anhu berkata: “Wahai Rosululloh, sesungguhnya aku telah menyembelih kambingku sebelum sholat (ied –pent). Aku mengetahui bahwa hari ini adalah hari makan dan minum. Aku menyukai kalau kambingku adalah kurban pertama yang disembelih di rumahku, maka aku menyembelih kambingku dan aku sarapan sebelum aku mendatangi sholat. Maka Rosululloh bersabda:
شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ

“Kambingmu adalah kambing (tak lebih dari ) sekedar daging (untuk makanan tidak sah sebagai kurban –pen) ”. (HR Bukhory)
Demikian juga dengan tiga hari setelahnya tanggal 11-13 Dzulhijjah yang disebut dengan Hari-hari Tasyrik[2] dan disebut juga dengan Hari-hari Mina karena para jema’ah haji tinggal di sana untuk melontar jumroh. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Sallam:
أيام التشريق أيام أكل وشرب

“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum” (HR Muslim dari Nubaisyah Al-Hudzaly)
Dengan lafazh lain:
وأيام منى أيام أكل وشرب

“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum” (HR Muslim dari Ka’ab bin Malik)
Menampakkan kesenangan dan kegembiraan pada hari-hari ini adalah perkara yang diyari’atkan karena hari-hari ‘ied termasuk syi’ar Islam yang mulia dan syi’ar adalah sesuatu yang mesti ditampakkan. Syi’ar ini juga menunjukkan bahwa dalam agama ini terdapat kelonggaran.
Ketika sekelompok orang dari Habasyah (Ethiopia) bermain dengan alat perang mereka di hari ‘ied, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Sallam berkata:

لَتَعْلَمُ يَهُودُ أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً، إِنِّي أُرْسِلْتُ بِحَنِيفِيَّةٍ سَمْحَةٍ

“Agar orang Yahudi mengetahui bahwa di dalam agama kita terdapat kelonggaran. Sesungguhnya aku diutus dengan sesuatu yang lurus lagi mudah”. (HR Ahmad dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha)[3]
Anas bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan: “Dahulu orang-orang jahiliyyah di Madinah memiliki dua hari dalam satu tahun yang mereka melakukan permainan di hari itu. Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi Madinah, beliau berkata:

كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ الله بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ الْأَضْحَى

“Dahulu kalian memiliki dua hari yang kalian melakukan permainan padanya. Sungguh Alloh telah menggantikan keduanya bagi kalian dengan sesuatu yang lebih baik yaitu ‘Iedul Adha dan ‘Iedul fithri” (HR An-Nasa’iy dan lainnya)[4]
Al-Maghriby Rahimahulloh mengatakan: “Pada hadits tersebut terdapat dalil bahwa rasa senang, menampakkan kegembiraan dan suka-ria di kedua hari ‘Ied adalah perkara yang dicintai”. [Al-Badrut Tamam 4/44]
Tentunya kegembiraan tersebut diisi dengan perkara-perkara yang mubah dan tidak memberat-beratkan diri.

Next >>                                                                             Halaman 2